• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi “Jurnalistik Televisi” karya Deddy Iskandar Muda (Yulanda Niagara)

T11/ OJ/ 2010                                                                         


Yulanda Niagara
210110090147

Buku Jurnalistik Televisi karangan Deddy Iskandar Muda merupakan buku yang lebih dominan membahas dari segi teknis membuat berita dalam siaran televisi. Ada beberapa hal yang kiranya perlu diperhatikan dari buku ini, yaitu judul yang digunakan dengan relevansi isi buku. Bila kita melihat buku ini, maka judul yang diberikan oleh penulis ialah Menjadi Reporter Profesional. Memang benar, penulis menuliskan kata “profesional” diikuti dengan pembahasan teknis dalam membuat berita yang baik. Namun, ada hal yang dilupakan oleh penulis. Penulis tidak membahas profesional dari segi etika reporter. Dalam mata kuliah Reportase, disampaikan bahwa profesional berarti memiliki etika. Dalam hal ini, ada 8 kriteria reporter yang profesional yaitu, rasa ingin tahu, kematangan, tanggung jawab, pengetahuan yang luas, kreativitas, kesabaran, keberanian, keadilan, kejujuran, integritas, dan cara berpikir yang independen.
Menurut saya, kedelapan hal tersebut adalah hal penting yang harus dimiliki oleh reporter untuk menghasilkan berita yang objektif. Percuma saja jika kita membahas segala segi teknis, tetapi tidak membahas etika yang menjadi pondasi dasar. Hal lain yang bisa kita bahas dalam buku ini ialah pengertian berita. Bila melihat secara keseluruhan maka kita dapat menarik satu garis besar bahwa berita adalah hal yang menarik bagi khalayak. Menurut saya, hal tersebut memang benar karena berita selalu menyampaikan informasi penting kepada khalayak sesuai dengan elemen jurnalisme. Pada elemen ke- 2 disampaikan its first loyalty is to citizens. Artinya, berita yang dibuat haruslah dipirkan apakah memiliki manfaat untuk masyarakat. Pada elemen ke- 7 juga dikatakan it must strive to make significant interesting and relevan. Artinya, jurnalis memiliki tanggung jawab untuk membuat isu – isu penting menjadi menarik bagi khalayak sehingga khalayak tahu bahwa kasus yang diberitakan itu memiliki dampak juga bagi kehidupan khalayak tersebut. Untuk itu, dalam buku Komunikasi Massa disampaikan pula bahwa salah satu fungsi dari komunikasi massa ialah fungsi pengawasan. Pengawasan ini terdiri dari pengawasan peringatan dan pengawasan instrumental. Kedua jenis pengawasan ini merupakan pengawasan yang dilakukan untuk membantu khalayak dalam kehidupan sehari - hari.
Bila kita melihat buku ini, kita dapat menggambarkan bahwa buku ini merupakan buku yang ingin terlihat lengkap, tetapi sesunggunya tidak cermat. Mengapa? Dalam masalah memilih materi berita, penulis hanya menyampaikan nilai – nilai berita yang menurut saya juga berlainan bila kita bandingkan dengan buku Jurbalistik Televisi karya Askurifai Baksin. Dalam buku Jurnalistik Televisi karya Deddy Iskandar Muda, tidak dibahas mengenai standar yang digunakan sebagai parameter ukuran kualitas berita. Seharusnya, jika kita berbicara menjadi reporter yang profesional maka kita juga harus mengetahui tolak ukur yang digunakan sebagai parameter kualiatas berita.
Dalam buku ini, juga tidak dibahas secara lengkap mengenai jenis berita. Dalam buku ini, dikatakan ada 3 jenis berita yaitu, Hard news, Soft News, dan Investigative Reports. Bila kita bandingkan dengan buku Jurnalistik Televisi karya Askurifai Baksin, maka ketiga berita tersebut hanyalah tergolong ke dalam Berita Terkini yang dibagikan oleh JB Wahyudi.
Hal lain yang juga harus mejadi perhatian ialah masalah penyajian berita yang kurang dibahas dalam buku ini. Bila dilihat dari pembahasan secara keselurah, terlihat penulis berfokus pada penyiaran berita dalam studio. Padahal, bila kita jeli, penyiar dengan reporter tentu berbeda walaupun hampir memiliki makna yang sama. Reporter merupakan penyiar juga, tetapi penyiar belum tentu reporter. Dalam Kamus Jurnalistik dijelaskan reporter adalah  wartawan yang bertugas meliput peristiwa, meyiapkan bahan – bahan berita, atau menulis berita. Reporter televisi harus memiliki (1) volume suara standar, (2) menguasai teknik membaca yang jelas, (3) menguasai teknik vokal yang baik, dan (4) menguasai masalah yang disajikan. Penyiar adalah orang yang bertugas membawakan atau memandu acara.
Jadi, berdasarkan dua pengertian di atas terlihat secara jelas perbedaan  antara penyiar (anchor) dan reporter. Namun, di buku ini sangat disayangkan tidakk dibahasnya bagaimana jika reporter melakukan siaran langsung di lapangan atau yang biasa disebut dengan stand up. Dalam buku Jurnalistik Televisi karya Askurifai Baksin dikatakan stand up adalah istilah yang digunakan untuk mengatakan seorang reporter langsung melaporkan suatu kejadian, perstiwa atau kondisi objek berita langsung dari tempat.
Walaupun begitu, ada hal – hal baik yang juga bisa kita temukan dalam buku ini, salah satunya mengenai standar prosedur pengoperasian. Menurut saya, pembahasan ini juga menjadi kredit plus dalam buku ini karena memang seharusnya selalu ada standar yang ditetapkan dalam membuat suatu kebijakan. Ibaratnya, sama seperti sebuah negara, ada Undang – undang yang mengatur kehidupan warga negaranya. Bila kita menilai dari segi ejaan yang digunakan oleh penulis. Maka kita akan sangat sedikit menemukan kesalahan dalam ketidakefektivitasan kata. Kebanyakan kesalahan terdapat dalam kata – kata asing yang tidak dimiringkan. Namun, secara keseluruhan buku ini merupakan buku yang menarik jika dinilai dari segi teknis dalam membuat siaran berita di televisi.