• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku "Jurnalistik Televisi : Menjadi Reporter Profesional" karya Deddy Iskandar Muda

 T11/OJ/2010
YOHANNIE LINGGASARI
210110090206


     Bab I memaparkan tentang sejarah televisi, program siaran, dan reporter. Saya menemukan kata yang kurang pas dalam pembahasan tentang sejarah televisi. Di situ terdapat kata “diketemukannya” yang akan lebih tepat ditulis “ditemukannya”. Sejarah yang dipaparkan kemudian langsung dihubungkan dengan masa sekarang. Penulis juga membandingkan televisi dengan surat kabar dan radio. Ia juga membahas produk teknologi pertelevisian di dunia, yaitu: High Definition Video System, Sistem Imax, Sistem Diamond Vision, Sistem Teletext, Sistem Still Picture Broadcastin, Sistem Cable Televison, Sistem Pay Television, Sistem Siaran Satelit Langsung, dan Sistem High Definition Television. 
    Penulis membahasnya secara singkat saja. Saya rasa pembahasan tentang teknologi pertelevisian itu cukup untuk menambah wawasan saja.  
Penulis juga membahas bahwa kecenderungan televisi swasta di Indonesia sudah mulai mengarah kepada sistem di Amerika, mulai dari garapan-garapan sinetron, kuis, dan beberapa acara hiburan lainnya. Ia juga membandingkannya dengan TVRI. Penulis menyebutkan juga tentang program siaran di televisi, yaitu: news reporting, talk show, call-in show, documentair, magazine, rural program, advertising, education/instructional, art & culture, music, soap operas, tv movies, games show, comedy. Penulis hanya menyebutkan saja tanpa membahas. Saya rasa memang tak perlu dibahas, cukup untuk menambah pengetahuan saja. Penulis lalu menjelaskan tentang enam fungsi pers dan media massa, yaitu: menyampaikan fakta, menyajikan opini dan analisis, melakukan investigasi, hiburan, kontrol, dan analisis kebijakan. Pembahasannya cukup jelas. 
    Pada bagian reporter, penulis mengawalinya dengan membahas penggunaan kata reporter dan wartawan. Kemudian, ia juga menjelaskan perbedaan antara reporter dan koresponden. Saya rasa ini bagus sekali karena banyak mahasiswa yang masih tak mengerti perbedaan antara reporter dan koresponden. Penulis menuliskan bahwa pekerjaan seorang reporter televisi di Indonesia sedikit berbeda dengan pekerjaan serupa di Amerika. Ia menjelaskan tugas-tugas seorang reporter televisi Indonesia. Namun, ia tak menyinggung sama sekali reporter di Amerika seperti apa. Jadi, pembaca juga tak dapat membandingkannya, padahal penulis sudah menyinggung tentang reporter Amerika di awal. Penulis juga memberikan foto yang sesuai dengan pembahasannya. Hal ini cukup baik agar pembaca tidak cepat bosan. 
     Bab II membahas hal yang sangat esensial, yaitu pengertian berita. Penulis memberikan beberapa definisi berita dari para ahli. Kemudian, penulis memberikan kesimpulan definisi berita dari sudut pandangnya. Definisi tentang berita tentu sudah sangat akrab dengan mahasiswi Jurnalistik. Pengulasan tentang berita di bab ini bolehlah untuk sekadar mengingatkan saja. Memang terasa sedikit bosan dengan pengulasan tentang berita tersebut. Namun, saya rasa penulis memang perlu mencantumkannya untuk melengkapi buku ini. Penulis juga memberikan perbandingan antara media cetak dan media elektronik dalam sebuah table. Saya rasa pembandingan dengan tabel sangatlah efektif karena membuat pembaca lebih mudah mengerti. Penulis kemudian memberikan penjabaran mengenai nilai berita, yaitu: timeliness, proximity, prominence, consequence, conflict, development, disaster & crimes, weather, sport, dan human interest. Penulis juga menjabarkan jenis-jenis berita, yaitu: hard news, soft news, dan investigate reports. Penjelasannya sudah cukup baik dan mudah dipahami. 
     Bab III penulis memberikan materi yang lebih dalam lagi, yaitu menulis naskah berita televisi. Ia menekankan easy listening formula pada media elektronik. Ia memasukkan akronim ABC-SS dari Soren H. Munhoff, yaitu: accuracy, brevity, clarity, simplicity, dan sincerity. Penulis memberikan contoh-contoh kalimat yang kurang tepat dan kalimat yang lebih tepat. Dengan begitu, pembaca akan lebih mengerti dengan apa yang disampaikan oleh penulis. Dalam penyampaian materi struktur berita, penulis menggunakan model untuk membantu penjelasannya. Tampak sekali penulis banyak tahu tentang TVRI dilihat dari contoh yang ia gunakan seringkali TVRI. 
     Bab IV penulis masuk lebih dalam lagi, yaitu meliput berita hingga siap siar. Ia memberikan subbab persiapan meliput berita, menggambarkan peristiwa dalam berita TV, lead berita, menyunting dan menyusun berita, menulis naskah berita, format naskah, dan petunjuk. Pada bagian persiapan meliput berita, penulis menekankan betapa pentingnya juru kamera. Ia memberikan saran-saran untuk tahap persiapan meliput berita. Pada bagian menggambarkan peristiwa dalam berita TV, penulis memberikan dua contoh yaitu tabrakan kereta api dan pertemuan seremonial tentang politik. Ia membawa pembaca seakan-akan menjadi reporter dan kemudian memberikan saran apa yang harus dilakukan oleh seorang reporter pada keadaan tersebut. Di bab ini penulis sudah cukup baik memaparkan materinya dengan contoh-contoh. 
     Bab V penulis membahas tentang buletin, format, dan proses penyiaran. Buletin berita mungkin adalah kata yang asing bagi beberapa orang. Masih banyak yang tak paham apa itu bulletin berita. Padahal, buletin berita sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Hanya saja, kita saja yang tak mengetahui istilahnya. Penulis kemudian menjelaskan apa itu buletin berita dengan jelas. Ia kemudian menjelaskan juga lima jenis format penyajian untuk sebuah penampilan buletin berita, yaitu: cut spot, reader u-lay, non-intro, phone, dan reader only. Istilah-istilah yang tampaknya sangat asing di telinga, tetapi kemudian dijelaskan oleh penulis dengan jelas. Seperti biasa, penulis menggunakan model-model yang membantunya dalam menyampaikan materi. 
     Bab VI membahas hal-hal yang lebih teknis, yaitu standar prosedur pengoperasian. Penulis menjelaskan secara rinci tahapan dalam meliput berita siaran tertunda dan siaran langsung. Selain itu, ia juga menjelaskan tentang penyiar berita. Rasanya penjelasannya sudah cukup lengkap dan rinci. 
     Bab VII membahas mengenai struktur organisasi kerja bagian pemberitaan. Ia menjelaskan tugas-tugas dari tiap jabatan tersebut. Pengetahuan ini bolehlah menambah wawasan kita agar lebih terbuka terhadap dunia pertelevisian. 
    Secara keseluruhan, buku ini bagus. Penyampaian materinya runtut dan jelas. Jarang sekali membuat bingung. Penulis juga banyak memberi contoh-contoh dan model-model agar lebih mudah diserap oleh pembaca. Ia juga memberikan foto-foto yang relevan dengan apa yang ia bahas. Dari segi bahasa juga sudah baik karena menggunakan bahasa yang sederhana.