• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, karya Deddy Iskandar Muda

T11/OJ/2010
Abdussalam Quarta Buana
210110090171

Pada halaman enam sampai tujuh, penulis menjelaskan tentang sepuluh produk teknologi pertelevisian di dunia yang digunakan orang sebagai media untuk menyampaikan pesan atau hiburan. Penjelasan mengenai hal ini membuka pengetahuan pembaca mengenai produk-produk yang digunakan dalam pertelevisian di dunia. Namun, sayangnya, penulis kurang jelas dalam menjelaskan hal ini. Selain itu, penulis juga tidak menyampaikan contoh-contoh dari produk pertelevisian tersebut. Ini tentu membuat pembaca kurang mengerti akan produk-produk tersebut.
            Pada halaman sepuluh, penulis menyebutkan fungsi-fungsi pers dan media massa, yaitu: menyampaikan fakta, menyajikan opini dan analisis, melakukan investigasi, hiburan, kontrol, dan analisis kebijakan. Sedikit berbeda dengan fungsi-fungsi media massa yang dijabarkan oleh Effendy (1993), yang dikutip dalam buku Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Edisi Revisi (2007:18-19), yang menyatakan, fungsi media massa secara umum adalah: fungsi informasi, fungsi pendidikan, dan fungsi memengaruhi. Fungsi media massa untuk pendidikan dan memengaruhi tidak terdapat dalam buku ini. Penulis lebih menyorot kepada fungsi media massa untuk menyampaikan informasi. Padahal, fungsi pendidikan dan memengaruhi juga merupakan fungsi media massa yang penting untuk dipelajari. Namun, dalam pernyataan Effendy, tidak ada fungsi kontrol dari media massa. Fungsi kontrol ini juga merupakan fungsi media massa yang penting. Menurut Deddy Iskandar Muda, fungsi kontrol ini dapat dimanfaatkan oleh media kepada pemerintah dan juga sebaliknya.
            Pada halaman 14, penulis menyebutkan, “Pekerjaan seorang reporter televisi di Indonesia sedikit berbeda dengan pekerjaan serupa di Amerika”. Sayang, selanjutnya penulis hanya menjelaskan pekerjaan seorang reporter televisi di Indonesia, tidak menyertakan pekerjaan reporter di Amerika. Padahal, jika pekerjaan reporter di Amerika dijabarkan, dan kemudian dibandingkan dengan pekerjaan reporter di Indonesia, maka hal ini dapat menjadi suatu pertimbangan bagi reporter atau pembaca. Hal ini akan menarik.
            Pada halaman 26, penulis membandingkan berita pada media cetak dan media elektronik. Penulis membandingkan berita pada kedua jenis media massa tersebut dengan menggunakan tabel, sehingga pembaca dapat langsung membandingkan berita pada kedua jenis media massa tersebut. Pada buku Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Edisi Revisi (2007) juga dijelaskan mengenai hal ini pada bab ke-5, yaitu Bentuk-Bentuk Media Massa. Namun, buku tersebut tidak membandingkan secara langsung, tapi menjabarkan karakteristik media-media satu per satu. Dalam hal ini, membandingkan secara langsung akan lebih mudah dimengerti oleh pembaca. Namun, dalam buku Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional ini, hanya menjabarkan media massa elektronik dan cetak secara umum, tidak menjelaskan perbedaan jenis-jenis media massa secara rinci, baik cetak maupun elektronik.
            Pada halaman 94 sampai 96, penulis menjabarkan tentang jenis-jenis wawancara pada radio atau televisi. Jenis-jenis wawancara tersebut adalah: Live Interview, Interview by Appointment, Press Conference, On-the-spot Interview, Telephhone Interview, dan Vox Pops. Terdapat jenis-jenis wawancara yang sama pada buku Seni Wawancara Radio, karangan Jim Beaman. Jim Beaman juga menjabarkan jenis wawancara Vox Pops, Phone-in, dan sebagainya. Namun, pada buku karangan Beaman ini, jenis-jenis wawancara terfokus kepada jenis wawancara radio. Berbeda dengan Deddy, yang menjabarkan jenis wawancara televisi atau radio. Jika dilihat dari judul buku, Deddy kurang tepat dalam menjabarkan jenis wawancara tersebut. Akan lebih menarik jika Deddy terfokus pada jenis wawancara pada televisi.
            Pada bab ke-4, penulis menjabarkan tentang peliputan suatu berita, penyuntingan dan penyusunan berita, sampai kepada penulisan naskah berita. Pembahasan dari penulis terinci, dilengkapi dengan saran-saran dari penulis serta contoh kasus. Penulis juga memberikan hal-hal yang penting untuk pengambilan gambar oleh seorang juru kamera. Seorang reporter bukan berarti tidak perlu tahu tentang pengambilan gambar ini. Seorang reporter harus mengetahui hal ini, karena dalam suatu peliputan, seorang reporter adalah pemimpin tim peliputan, biasanya terdiri dari reporter dan juru kamera tergantung pada stasiun televisi. Pada bab ini, penulis terfokus pada peliputan di televisi. Namun, penulis tidak perlu menyebutkan khalayak televisi sebagai “penonton/pendengar”, karena pembahasan ini sudah jelas mengenai peliputan dalam televisi.
            Pada bab ke-6, penulis membahas tentang Standard Operating Procedure (SOP) atau Standar Prosedur Pengoperasian yang digunakan oleh reporter dan penyiar berita (anchor). Bab ini memberikan saran-saran bagi reporter dan penyiar berita dalam melakukan tugasnya. Saran-saran ini tentu saja akan sangat berguna bagi reporter, terutama reporter pemula atau pembaca yang tertarik untuk menjadi reporter. Sebuah saran tidak selalu harus diikuti. Tidak ada aturan wajib mengenai prosedur untuk peliputan. Namun, sangat dianjurkan untuk mempelajari saran-saran tersebut. Karena dengan adanya saran-saran tersebut, seorang reporter bisa mendapatkan sebuah pelajaran tanpa harus mengalaminya terlebih dahulu.
            Secara keseluruhan, pada bagian awal buku ini, penulis tidak terfokus hanya kepada jurnalistik televisi saja, tetapi kepada media elektronik. Namun, pada bagian tengah sampai akhir, pembahasan penulis terfokus kepada jurnalistik televisi. Pada buku ini, terdapat glosarium, atau kamus istilah-istilah, sehingga pembaca akan mudah untuk mengetahui arti dari istilah-istilah yang tidak diketahuinya. Selain itu, pada buku ini juga terdapat Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Pers, sehingga reporter, khalayak yang dituju, bisa dengan mudah mempelajari Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Pers.
Referensi :
Jim Beaman.2002. Seni Wawancara Radio. Jakarta: Radio 68H-PT. Media Lintas Inti Nusantara
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media