• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi “Metro Hari Ini Metro TV” dan “Kabar Petang TV One”

T12/OJ/2010 Selly Astari Octaviani
210110090198

APRESIASI PROGRAM BERITA METRO HARI INI PUKUL 17.05 DAN KABAR PETANG TVONE PUKUL 17.30

Setelah saya menonton, memperhatikan, dan mengamati dua program berita yang berbeda dalam stasiun televisi yang berbeda pula, yakni MetroTV dan TVOne yang terkenal sebagai stasiun televisi berita dan saling bersaing memberitakan suatu peristiwa kepada khalayak secara aktual, saya berpendapat bahwa terdapat persamaan dan perbedaan yang tidak jauh antara kedua stasiun televisi ini.
Persamaan yang saya lihat dari kedua berita ini adalah isi beritanya. Berita yang menjadi berita utama dari salah satu stasiun televisi berita tersebut menjadi berita utama pula stasiun televisi yang lain. Contohnya, berita yang sedang hangat dibicarakan dari hari ke hari oleh kedua stasiun berita tersebut adalah mengenai kasus Gayus, kasus Merapi, dan kasus Jemaah haji 2010. Sudut pandang yang diambil kedua stasiun itu dalam membahas mengenai ketiga kasus tersebut juga hampir mirip.
Namun, di dalam berbagai persamaan yang dimiliki oleh kedua stasiun tersebut, terdapat perbedaan yang terlihat dengan jelas juga. Dalam urutan berita yang ditayangkan kepada khalayak juga berbeda. Berita yang ditayangkan pada awal acara merupakan berita utama yang paling hangat di antara berita yang lain. Misalnya, MetroTV menayangkan kasus Merapi pada awal acara, baru disusul dengan berita Jemaah Haji 2010, terakhir adalah berita mengenai Gayus. Berbeda dengan TVOne yang menayangkan berita mengenai Gayus dahulu, lalu mengenai Wukuf yang dilakukan Jemaah Haji 2010, terakhir adalah berita Merapi.
Pada penyampaian beritanya, media televisi bersifat satu arah, sehingga penonton tidak dapat menyela dan hanya dapat menerima informasi tersebut. Namun, sesuai dengan yang tertulis dalam buku Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis karya AS Haris Sumadiria, teori mengenai sifat media televisi hanya satu arah menjadi tidak berlaku untuk beberapa individu ketika media melakukan acara siaran langsung mengenai suatu peristiwa yang sedang atau baru saja terjadi. Beberapa individu dapat menghubungi atau bahkan berinteraksi dengan reporter suatu media ketika peliputan sedang dilakukan. Sifat satu arah di sini juga bukan berarti masyarakat menjadi pasif, masyarakat aktif dalam memilih atau menyeleksi suatu berita untuk dikonsumsi olehnya. Kedua stasiun ini menawarkan berita pilihan mereka yang dinilai penting untuk dikonsumsi oleh khalayak luas.
Perbedaan lainnya ada pada pembaca beritanya, pada stasiun televisi MetroTV yang saya cermati, ternyata sedikit melupakan sifat media televisi yang hampir sama dengan radio, yakni selintas. Pembaca berita MetroTV, yakni Zelda Savitri, cenderung membacakan berita dengan sangat cepat, sehingga penonton akan kesulitan dalam menangkap isi dari berita yang dibacakannya. Berbeda dengan pembaca berita TVOne, Shinta Puspita Sari dan Aryo W yang membacakan berita dengan santai dan tidak terkesan terburu – buru.
Memang media televisi atau seluruh media elektronik harus menggunakan bahasa tutur, sehingga informasi dapat tersampaikan dengan baik, namun, penulisan judul untuk suatu berita sebaiknya ditulis dengan penggunaan kata yang benar. Kesalahan tersebut muncul dalam judul yang diberikan stasiun televisi MetroTV ketika menayangkan berita Gayus, yakni Polri Ogah Bongkar Kasus Gayus. Kata “Ogah” merupakan kata yang tidak baku. Menurut buku Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “ogah” tidak tercantum di dalamnya, yang benar adalah “tidak mau”. Lalu judul berikutnya adalah Siapa Lindungi Gayus. Menurut pendapat saya, judul ini seperti ingin menarik perhatian khalayak dengan cepat, namun, penulisan kalimat tersebut kurang. Jika, menggunakan ketentuan dari KBBI dan EYD, maka, kata tersebut seharusnya ditulis menjadi Siapa yang Melindungi Gayus?. Stasiun TVOne juga melakukan hal yang sama secara tidak sadar. Kesalahan berikutnya adalah pada judul Status Awas Merapi Masih Diberlakukan. Judul ini mengandung makna ganda yang sebenarnya tidak boleh digunakan karena dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Perbedaan berikutnya adalah pada penyampaian berita. Pembaca berita TVOne, sering menggunakan pemborosan kata secara tidak sengaja, contoh yang saya temukan adalah ketika salah satu dari pembaca berita tersebut menyebutkan sangat berbahaya sekali. Kata – kata tersebut sudah menunjukkan pemborosan kata dengan jelas karena kata sekali dan kata sangat memiliki arti yang sama, jadi, tidak perlu menggunakan keduanya pada satu kalimat sekaligus.
Lalu untuk membahas kasus Gayus, kedua stasiun televisi berita ini mendatangkan beberapa narasumber untuk menayangkan kejelasan dari berbagai pandangan para ahli. MetroTV menghadirkan tiga narasumber, sedangkan TVOne mendatangkan satu narasumber dari pihak polisi. Padahal dalam menayangkan informasi untuk khalayak tidak boleh hanya dari satu sisi. Pembaca berita juga harus terampil dalam menguasai suatu situasi ketika melakukan wawancara dengan narasumber, contohnya pembaca berita MetroTV yang melakukan pertanyaan konfirmasi pada awal wawancara dengan ketiga sumber tersebut, lalu menyerang mereka dengan pertanyaan – pertanyaan provokasi yang secara tidak langsung memaksa mereka untuk menjelaskan suatu hal yang ditanyakan. Pewawancara juga harus dapat menjaga emosi dan tetap menguasai proses wawancara ketika debat terjadi di dalamnya.