• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku "Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional" karya Deddy Iskandar Muda (Pritha S. Putri)


T11/ OJ/ 2010



Pritha S. Putri
210110090203

Buku Jurnalistik Televisi karangan Deddy Iskandar Muda ini merupakan buku yang bagus, penuh wawasan dan saran yang membantu bagi orang-orang yang ingin mendalami jurnalistik televisi dan menjadi seorang reporter yang baik. Buku ini juga memberikan perbedaan antara keterangan dan contohnya, karena menggunakan kotak berwarna yang terpisah, sehingga orang-orang yang membacanya tidak kebingungan, tapi salah satu kekurangannya adalah buku dibuat pada tahun 2003 dan dicetak ulang pada tahun 2005, sehingga contoh-contoh yang diberikan dalam buku ini tidak begitu kompeten.

Pada Bab I buku ini menjelaskan tentang sejarah dari televisi itu sendiri. Jika dibandingkan dengan radio maupun surat kabar, media televisi memang baru-baru saja menjadi sebuah primadona baru dari media yang digunakan untuk menyebarkan berita. Mulai berkembang sejak tahun 1884 dari Jerman. banyak yang mengira, ketika televisi masuk ke dalam peradaban, radio dan surat kabar akan mati begitu saja. Namun sebenarnya media surat kabar, radio, dan televisi saling melengkapi, karena tiga media ini memiliki kekurangan dan kelbihannya masing-masing. Dalam bab ini menyebutkan kalau fungsi utama pers dan media ada enam, yaitu menyampaikan fakta, menyajikan opini dan analisis, melakukan investigasi, hiburan, kontrol, dan analisis kebijakan. Sementara dalam buku Jurnalistik Indonesia, fungsi utama pers ada lima, informasi, edukasi, koreksi, rekreasi, mediasi. Pada bab ini juga membahas tentang istilah reporter yang biasanya digunakan dalam radio dan televisi, sedangkan media cetak memakai istilah wartawan. Menurut buku Jurnalistik Radio karya Masduki, reporter adalah profesi terhormat di masyarakat, karena ia mewakili aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam hal informasi dan yang terpenting reporter bukanlah pengemis informasi.

Pada Bab II membahas tentang berita dari sudut pandang dunia televisi. sebagai berita elektronik , berita di televisi memiliki keunggulan dari segi penyajiannya. Memang, dari tiga media tersebut yang membuatnya berbeda adalah dari segi penyajiannya. NIlai berita yang ada dalam televisi ada timeliness, proximity, prominence, consequence, conflict, development (pembangunan), disasster & crimes, weather (cuaca), sport, human interest. Sementara menurut buku Jurnalistik Indonesia, ada 11 kriteria umum nilai berita, tentang keluarbiasaan, kebaruan, akibat, aktual, kedekatan, informasi, konflik, orang penting, kejutan, ketertarikan manusiawi, dan seks. Intinya, nilai berita disesuaikan dengan media yang dipakai.

Pada Bab III ini membahas tentang bagaimana menulis naskah berita televisi, ada hal-hal yang harus diperhatikan. Dalam menulis berita televisi ada ketepatan (accuracy), singkat (brevity), jelas (clerity), kesederhanaan (simplicity), kejujuran (sincerety). Sementara dalam buku Jurnalistik Radio, karakteristik berita radio ada cepat dan segera, aktual dan faktual, penting bagi masyarakat luas, relevan dan berdampak luas. Maka karakteristik ini kembali lagi bagaimana bentuk penyajian media itu sendiri. Penulisan berita televisi mengikuti struktur penulisan berita pada umumnya, tetapi tidak terbalik, karena dalam penulisan berita televisi, struktur yang paling utama justru berada di paling akhir, tetapi hanya digunakan misalnya pada upacara kenegaraan. Kalau pada media massa, khususnya media cetak yang terpenting justru berada di awal. 

Sementara dalam Bab IV menjelaskan tentang proses peliputan berita untuk televisi hingga siap siar. Seperti menulis lead berita, kemudian menyunting dan menyusun gambar, dan menulis naskah berita. 

Di bab V dibahas mengenai tentang buletin berita yang terdapat dalam televisi. Buletin berita yang terdapat dalam televisi merupakan sekumpulan berita-berita, muali dari straight news kemudia dialnjutkan ke feature news. Durasinya 5-30 menit. Masing-masing beritanya menggunakan waktu 30 detik hingga 3 menit. Namanya bermacam-macam, misalnya di SCTV, kita kenal dengan Liputan-6, RCTI dengan Seputar Indonesia. Kalau dalam radio, durasi buletin radio hanya 15 menit. Maka berita yang dibacakan hanya pendek-pendek saja. Misalnya saja kita bisa dengar di RRI.

Masing-masing media memiliki ketetapan dan standard prosedur tersendiri dalam membuat sebuah berita. Misalnya menyangkut tentang reporter yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di Amerika, karena reporter di Indonesia merangkap yang mencari berita dan menyajikannya. Reporter memiliki standar tersendiri dalam melakukan liputannya. Ketika melakukan siaran langsung pun juga memiliki standard tersendiri. Dalam radio, memberikan etika tersendiri bagi reporternya, tapi tidak begitu mengatur standard dalam menyiarkan beritanya.

Struktur organisasi dalam media massa televisi yang tertinggi diisi oleh Direktur pemberitaan, dibawahnya merupakan wakil, setelah itu posisi diisi oleh penulis berita, pembantu redaksi, setelahnya ada penyiar, reporter. Dalam reporter sendiri, dibagi lagi menjadi reporter cuaca, penyiar olah raga. Kemudian ada editor yang bertanggung jawab pada semua bagian di bidang pemberitaan, deputy editor selaku wakil dari editor, chief assitant, dan chief engineer.

Referensi:

Jurnalistik Radio, Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar, karya Masduki
Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional, karya Drs. AS. Haris Sumadiria M. Si.