• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Program Berita "Metro Hari Ini" dan "Kabar Petang"

T12/OJ/2010
Olivia Mayer
210110090003

   Dalam program Metro Hari Ini, Senin, 15 November 2010, terdapat tiga headline utama. Pertama, tentang Gayus yang refreshing ke Bali, lalu berita tentang pencarian korban di Merapi, dan juga tentang Jemaah Haji yang Wukuf di Padang Arafah.
   Berita tentang Gayus disampaikan hampir dua pertiga dari panjang durasi acara. Dibandingkan dengan bagaimana keadaan di Merapi dan Wukuf di Padang Arafah. Hal ini seakan-akan sengaja di blow up untuk memperlihatkan pada pemirsa seakan-akan pemerintahan saat ini sangat lemah dan bisa diajak kongkalikong. Metro TV memang pernah mengungkapkan hal ini sebelumnya, bahwa mereka adalah stasiun televisi oposisi, dan pengamplifikasian masalah semacam ini saya kira sangat mengukuhkan profil mereka. Tetapi, saya pribadi cukup bosan apabila suatu berita ditayangkan selama itu selama hampir setengah jam penuh. Untungnya, Metro TV berbaik hati memberikan sedikit variasi dalam tayangannya, antara lain dengan memberikan vox pops seperti yang dikatakan oleh buku Jurnalistik Televisi karya Deddy Iskandar Muda.
Pemberitaan Gunung Merapi, gambar-gambar yang diberikan cukup baik. Tetapi terdapat juga unsur komersialisme disitu. Dengan sengaja, sebuah mobil bantuan Media Group, disorot oleh kameramen. Hal ini jelas ingin menunjukkan bahwa Media Group (perusahaan Metro TV bernaung) ikut andil dalam pemberian bantuan untuk korban Gunung Merapi. Bisa saja untuk menunjukkan bahwa kita bisa saja menyalurkan bantuan lewat media ini, atau juga menyalurkan dukungan pada pemimpin perusahaan (Surya Paloh) ini pada 2014 saat pemilu presiden nantinya.
   Pada pemberitaan kegiatan haji, saya rasa hal ini sudah cukup pas, karena kegiatan ini sering terjadi, sehingga kalau menurut saya berita ini tidak apa-apa diberikan secara sekilas.
Mengenai pembawa beritanya, Zelda Savitri, menurut saya perempuan ini terlihat sangat profesional dalam pembawaannya. Lugas dan mantap. Sesuai dengan perawakan yang dicontohkan dalam buku Jurnalistik Televisi.
   Mengenai pemberitaan di TV One, Kabar Petang, Senin, 15 November 2010. Berbeda dengan Metro Hari Ini, Kabar Petang dibawakan oleh dua news anchor, yaitu Aryo Widiardi dan Shinta Puspitasari.
Headline dalam Kabar Petang tidak berbeda jauh dengan Metro Hari Ini. Begitu pula dengan durasi yang berlaku. Kasus Gayus menjadi topik yang paling dibicarakan, disusul dengan gunung Merapi dan juga Wukuf di Tanah Suci.
   Pemberitaan tentang Gayus, terdapat pengambilan-pengambilan gambar yang sangat mirip. Pada berita ini juga terdapat sesi teleconfrence yaitu pembicaraan langsung dengan Pia Akbar Nasution yang merupakan tim pengacara Gayus. Menurut saya sesi ini memang berjalan agak terlalu lama dan membosankan.
   Pemberitaan tentang Merapi juga agak diluar konteks, karena menurut saya tidak penting, karena ada pemberitaan tentang monyet di sekitaran gunung Merapi. Agak aneh menurut saya, karena pastinya lebih banyak hal yang lebih penting lagi untuk dibahas.
   Penayangan berita Metro Hari Ini yang ditayangkan lebih awal dari Kabar Petang tentu saja mendapatkan berbagai keuntungan, antara lain, orang pasti lebih senang berita yang up to date. Sehingga, lebih banyak orang yang memilih menonton ini. Tetapi, penayangan Kabar Petang yang berbeda sekitar setengah jam dengan Metro Hari Ini juga memiliki beberapa keuntungan, misalnya, kalau tidak sempat menonton berita di Metro TV, atau juga bisa saja ada berita lebih menarik terjadi diantara selang waktu tersebut. TV One juga bisa mempelajari penayangan dari Metro TV, karena jelas sekali kedua stasiun TV ini bersaing.
   Sayangnya, walaupun selang setengah jam, menurut saya TV One tetap saja sering melakukan kesalahan. Seperti kurangnya persiapan anchor, dan kesalahan karena kurang konfirmasi. Pembaca berita di TV One cenderung terlihat lebih santai daripada di Metro TV. Hal ini mungkin terjadi karena ada unsur komunikasi diantara kedua anchor di TV One, saya sebenarnya setuju akan hal ini. Sayangnya, saya melihat sepertinya Aryo Widiardi seperti gugup, atau bingung karena sering sekali ia berdeham. Seharusnya, dengan selang waktu itu, TV One tentunya lebih bisa mempersiapkan anchor-nya lebih baik lagi.