• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku “Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional” Karya Deddy Iskandar Muda

T11/OJ/2010
Muhamad Iko Dwipa Gautama
210110090092

Pada Bab pertama, berjudul “Televisi”. Yang dibahas adalah seputar sejarah, program siaran, dan juga reporternya. Pada bagian sejarah, dibahas secara mendalam mengenai bagaimana pertama kali cikal bakal penyebaran informasi melalui tulisan, ditemukannya cetak mencetak dengan huruf, lalu munculnya radio sebagai media massa, hingga akhirnya televisi. Pada bagian ini juga dibahas mengenai produk teknologi yang digunakan pertelevisian untuk menyampaikan pesan. Menurut saya, pada bagian “sejarah” ini, sudah cukup jelas pembahasannya hingga ke bagian yang terkecil. Tidak hanya membahas televisi, tetapi juga membahas tentang produk teknologi dan media massa lainnya. Pada bagian program siaran, buku ini membahas tentang sistem penyiaran Indonesia yang sudah cenderung mengarah ke sistem penyiaran di Amerika Serikat. Selain itu, pada bagian ini juga diberitahukan tentang jenis-jenis acara apa sajakah yang ada di televisi. Namun, menurut saya ada sedikit bagian yang menyimpang, yaitu pada bagian fungsi media massa. Menurut saya, hal ini tidak seharusnya dibahas dalam bagian program siaran. Seharusnya ada sub-judul yang khusus untuk membahas fungsi-fungsi media massa secara lebih khusus dan spesifik. Pada bagian reporter, menurut saya, yang dibahas juga mengenai reporter secara lebih mendalam. Namun, ada hal yang tidak seharusnya dimasukkan dalam sub-judul ini. Misalnya kelompok yang termasuk dalam bahasan Jurnalistik siaran (Broadcast Journalism). Akan lebih menarik kalau bahasan tersebut juga dibuat sub-judulnya sendiri sehingga yang membaca pun akan lebih kaya pengetahuannya.
Pada Bab kedua, judulnya adalah “Pengertian Berita”. Pada bab ini, dikupas tuntas secara mendalam tentang definisi berita itu sendiri, berita media elektronik, memilih materi berita, hingga jenis-jenis berita yang ada di televisi. Pada bagian Investigative Reports, ada bagian yang menurut saya tidak dibahas. Seperti pada buku Jurnalisme Investigasi karya Septiawan Santana. Di buku tersebut dituliskan “Wartawan harus menyiapkan segala bahan dan data yang berkaitan dengan topik yang hendak diliputnya Apa yang dikatakan oleh sumber berita kepada seorang reporter sangat tergantung pada dua hal, yakni: Bagaimana reporter tersebut dipandang oleh sumber berita, dan bagaimana reporter tersebut bersikap”. Menurut saya, hal ini termasuk hal yang menarik untuk dibahas dalam masalah laporan investigasi. Apalagi dalam dunia pertelevisian, laporan investigasi cenderung lebih sulit dilakukan karena dalam televisi juga membutuhkan gambar sumber beritanya. Beda halnya dengan di media cetak yang hanya membutuhkan laporan. Jadi seharusnya hal ini dibahas lebih dalam.
Pada bab ketiga, judulnya dalah “Menulis Naskah Berita Televisi”. Pada bab ini, dibahas mengenai formula penulisan naskah berita dalam televisi. Disini juga dibahas mengenai akronim ABC-SS (Accuracy, Brevity, Clarity, Simplicity, dan Sincerity). Ini tidak jauh berbeda dengan buku Terampil Wawancara Panduan Untuk Talk Show Karya R. Fadli, disitu dituliskan “A+B=C. Atau, Accuracy + Balance = Credibility. Artinya, dalam mengalirkan satu talk show dengan menghubungi nara sumber satu per satu (atau sekaligus), maka kriteria akurat harus diutamakan. Maksud akurat disini adalah tepat dan sebenar-benarnya dalam memilih narasumber”. Dalam buku ini juga dituliskan kalau jangan pernah memasukkan orang yang tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan sesuatu yang akan diliput. Hal ini juga ada kaitannya tentang hal yang dituliskan dalam buku Terampil Wawancara Panduan Untuk Talk Show Karya R. Fadli tersebut. Selain itu, pada bab ini juga dibahas mengenai struktur berita dan sumber berita. Kedua hal tersebut menambah kelengkapan dalam pembahasan ini.
Pada bab keempat judulnya adalah “Meliput Berita Hingga Siap Siar”. Dalam buku ini, dituliskan kalau seorang reporter sebaiknya dapat mengumpulkan informasi atau data awal sebanyak-banyaknya tentang berita yang akan diliputnya nanti. Hal ini juga tertulis dalam buku 10 Pelajaran Untuk Wartawan karya Nur Zain Hae, dkk. Dalam buku tersebut dituliskan “pikirkan dulu informasi apa yang dibutuhkan untuk wawancara. Selanjutnya, buat rincian pertanyaan sesuai dengan urutan logikanya (sebab akibat).” Kedua hal yang dituliskan dalam kedua buku yang berbeda tersebut jelas sangat berkaitan.
Pada bab kelima, judulnya adalah “Buletin, Format dan Proses Penyiaran.” Dalam bab ini dibahas mengenai Buletin berita, menyusun urutan prioritas, format penyajian, penyiar berita, teleprompter, proses penyiaran berita, dubbing, tune berita, tanggung jawab saat penyiaran berita, dan keterlibatan crew studio. Dari judulnya, berkaitan dengan isinya. Maksud berkaitan disini adalah, segala aspek yang berkaitan dengan yang tertulis dengan judul sudah cukup jelas dipaparkan pada bab ini.
Pada bab keenam, judulnya adalah “Standar Prosedur Pengoprasian”. Disini kembali dibahas mengenai reporter. Namun, pembahasan reporter disini berbeda dengan pembahasan mengenai reporter pada bab sebelumnya. Disini dijelaskan secara lebih mendetail, seperti kalau pada televisi, reporter juga dapat berfungsi sebagai produser.
Pada bab ketujuh, dibahas mengenai struktur organisasi kerja bagian pemberitaan. Segala aspek posisi pada televisi dibahas dengan lengkap pada bab ini. Menurut saya, sudah lengkap dan dijelaskan dengan kata-kata yang tidak membuat pusing sehingga pembaca buku ini pun betah membacanya.