• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku “Jurnalistik Televisi : Menjadi Reporter Profesional” karya Deddy Iskandar Muda

T11/OJ/2010        
                                                                                      
Khara Gracia Maulina
210110090161

Secara keseluruhan, buku ini telah mampu memberikan pemaparan yang jelas mengenai serba-serbi dunia jurnalistik pertelevisian. Adapun pembaca yang ingin mendalami dunia jurnalistik televisi dapat menggunakan buku ini sebagai referensi. Terkhusus bagi para calon jurnalis yang baru memasuki dunia jurnalistik (khususnya televisi), adalah baik menyimak terlebih dahulu buku ini demi memperoleh gambaran mengenai kondisi di dalam dunia pertelevisian itu sendiri.
Bab pertama buku ini, kurang lebih membahas tentang sejarah jurnalistik televisi :bagaimana kegiatan jurnalsitik bermula, penemuan mesin cetak, penemuan radio, hingga munculnya teknologi televisi. Selain memaparkan sejarah, bab ini juga mengulas sedikit tentang fungsi pers dan media massa. Empat teori pers yang terkenal (authoritarian, libertarian, social responsibility, soviet communist) juga dipaparkan walau hanya secara singkat.
Bab kedua berisi penjelasan seputar berbagai jenis berita, seperti hard news, soft news, dan investigative reports. Perbedaan antara berita cetak dan elektronik juga dijelaskan dalam bab ini, yang disebabkan keterbatasan dalam ruang dan waktu yang berbeda yang dimiliki kedua jenis media massa tersebut. Salah satu konsep penting yang termuat dalam bab ini ialah bahwa tidak setiap fakta memenuhi syarat ‘layak’ untuk diberitakan. Hal ini sesuai dengan salah satu penekanan pada bab kedua buku Teknik Penulisan Berita, Features, dan Artikel karya M. Atar Semi yang menyatakan bahwa ada fakta yang dianggap sudah lumrah sehingga tidak lagi memunyai nilai berita, oleh karena itu tidak semua fakta dapat dianggap sebagai berita.
Bab ketiga secara keseluruhan mengarahkan pembaca untuk menulis naskah berita televisi dengan mengingat prinsip 5W+1H. Walaupun demikian, terdapat pula sebuah formula yang hanya terdapat dalam media elektronik, yaitu ABC-SS oleh Soren Muhhoff, yang merupakan singaktan dari accuracy, brevity, simplicity, sincerity. Panduan menggunakan tanda baca, angka, serta singkatan dalam sebuah naskah berita melalui pendekatan Hear Copy dijelaskan secara singkat dalam bab ini.
Bab empat, memberi panduan pada pembaca tentang bagaimana proses meliput berita hingga menjadikannya siap siar. Banyak bagian dalam bab ini memaparkan persiapan-persiapan teknis yang diperlukan dalam menyusun berita televisi. Salah satu highlight bab ini adalah penggambaran peristiwa dalam berita televisi dengan membuat peta lokasi peristiwa.
Bab kelima memuat konsep penting tentang penentuan prioritas dalam membuat satuan berita, yang dapat dijadikan panduan bagi pembaca yang ingin mempraktikkan penulisan berita secara langsung. Berbagai istilah yang mungkin asing di mata pembaca awam – bahkan jurnalis yang tidak menggeluti dunia pertelevisian – seperti teleprompter, dubbing, tune berita, juga istilah-istilah yang lebih familiar dipaparkan dengan jelas dalam bab ini sehingga menjadikannya sebagai bahan referensi yang penting untuk dipelajari.
Bab keenam menjelaskan tentang standar prosedur pengoperasian dalam pertelevisian. Berbagai rincian yang menjelaskan hal ini juga dipaparkan dalam bab ini, seperti seperti hal-hal yang harus dilakukan reporter dalam meliput berita siaran tunda, juga perbedaannya dengan peliputan langsung terdapat. Salah satu hal penting yang dimuat dalam bab ini adalah penekanan bagi penyiar agar tidak melupakan standar prosedur penyiaran sekalipun penyiar tersebut sudah tergolong senior.
Bab tujuh merupakan pemaparan tentang struktur organisasi kerja bagian pemberitaan, dimana dijelaskan peran-peran atau profesi yang normal terdapat dalam jajaran organisasi pertelevisian seperti Direktur Pemberitaan, Wakil Direktur Pemberitaan, Penulis Berita, Pembantu Redaksi, Penyiar, Reporter, dan Editor. Bab ini sangat baik dalam perihal penjelasan struktur. Hal ini memudahkan pembaca untuk mengerti bagaimana stuktur organisasi dalam media televisi.
Secara keseluruhan, penulisan dalam buku ini sudah sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, juga aturan kebahasaan dalam Ejaan Yang Disempurnakan. Walaupun demikian, bahasa yang digunakan dalam buku ini tergolong ringan sehingga tidaklah membingungkan para pembaca, terutama yang berasal dari kalangan awam. Selain itu, buku ini juga dilengkapi juga berbagai lampiran penting seperti pedoman penulisan bagi wartawan Indonesia, Kode Etik Jurnalistik, dan Undang-Undang Pers untuk menunjang pengetahuan mengenai jurnalistik televisi bagi seluruh pembaca.