• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi “Metro Hari Ini Metro TV” dan “Kabar Petang TV One”

T12/OJ/2010 Satria Perdana
210110090044

APRESIASI PROGRAM BERITA METRO HARI INI, METRO TV DAN KABAR PETANG TV ONE

Program televisi Metro TV Senin (15/10) pukul 17.05 menyiarkan program yang setiap hari muncul dan menjadi siaran harian, yaitu Metro Hari Ini. Kemarin reporter yang membawakan acara ini bernama Zelda Savitri. Dalam siaran tersebut, yang tentu saja live, ia membawakan berita-berita yang aktual hari itu juga. Konten berita yang ditampilkan menitik beratkan kepada kasus Gayus yang kabur dari rumah tahanan Brimob, kegiatan ibadah haji yang sudah mencapai kegiatan wukuf, atau puncak dari kegiatan haji sendiri, dan terakhir adalah kegiatan dan perkembangan terkini tentang gunung Merapi dan keadaan para pengungsi dan lingkungannya pasca letusan Merapi sekitar dua minggu lalu.
Ketika berita terfokus kepada masalah Merapi pasca letusannya, reporter yang melaporkan kejadian bernama Amanda Valani. Ia melaporkan kegiatan dan keadaan yang terjadi setelah Merapi meletus di Sleman, Yogyakarta. Kemudian dalam laporannya, ia menjelaskan kalau sungai yang dilalui oleh lahar dingin merapi dipenuhi juga dengan material gunung Merapi itu sendiri. Lalu, ia juga melaporkan kalau Merapi masih mengeluarkan asap tebal dari puncaknya. Penyampaian berita yang dilakukan oleh Amanda cukup baik. Karena, ia melaporkan sesuai dengan fakta yang ada di lapangan atau di tempat kejadian. Sebagai seorang Jurnalis, ia menjadi cerminan yang baik bagi Jurnalis lainnya agar mencontoh apa yang Amanda lakukan. Mengapa? karena ia melaporkan berita tidak melenceng dari fakta yang ada. Karena, menurut buku Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional, karya Deddy Iskandar Muda, bab 6 Standar Prosedur Pengoperasian, tentang Reporter. Di Indonesia, reporter juga berfungsi menjadi seorang wartawan dan otomatis menjadi seorang jurnalis yang aktif ketika ia berada di lapangan untuk meliput suatu berita. Kemudian, dijelaskan juga reporter tersebut berperan sebagai produser untuk berita yang ia liput atau liputan yang ia lakukan.
Selain Amanda, ada juga Kinanti Pahlevi, yang sama-sama meliput tentang perkembangan Merapi, tetapi ia melaporkan dari Klaten, Jawa Tengah. Berita yang ia sampaikan sama dengan Amanda, kegiatan vulkanik Merapi. Namun, ia lebih menjelaskan tentang pengungsi korban Merapi yang saat ini kembali ke rumah, karena ia jarak aman Merapi telah diubah kembali menjadi 10 KM. ia juga membawakan berita dengan baik. Karena, ketika ia membacakan berita atau laporannya, ia membacakannya berdasarkan fakta yang tidak lepas dari hasil liputan gambar yang direkam atau diliput sendiri oleh kru Metro TV. Yang membedakan Amanda dengan Kinanti adalah Kinanti lebih rapi penampilannya dan terlihat cantik karena menggunakan make-up, sedangkan Amanda tidak, ia meliput dengan menggunakan kacamata dan masker. Hal itu mungkin saja dikarenakan tempat peliputannya yang berbeda. Begitu pula dengan Intan Fahdiana yang memberitakan kegiatan wukuf di Arafah. Ia mengenakan pakaian muslimah untuk menyesuaikan diri dengan suasana dan kegiatan disana.
Kabar Petang di TV One juga membawakan berita yang sama dengan Metro TV. Urutan beritanya sama. Apalagi kontennya sama persis. Hanya saja penyampaiannya menurut saya kurang. Reporter yang membawakan berita Kabar Petang hari Senin (15/10) adalah Shinta Puspita Sari dan Aryo W. Ketika baru mulai acara berita langsung disajikan oleh Aryo W. dan berita tersebut dibacakan atau dibawakan olehnya dengan sedikit terbata-bata alias tidak lancar sekaligus boros kata, mereka tidak menggunakan prinsip ekonomi kata.
Berita Merapi yang disajikan sedikit mirip dengan liputan Metro TV. Namun, reporter yang menyiarkan berita, Rizky Hasan, menayangkan tentang evakuasi korban awan panas. Berita yang ditayangkan cukup menarik dan bentuknya feature. Karena ia juga meliput dan menayangkan korban yang sudah tinggal tulang saja.
Ketika berita beralih menuju topik haji di Mekkah, Shinta mengatakan salah satu kalimat yang sulit untuk dimengerti karena terkesan boros kata, yaitu “yang di wukuf di arafah” dan gambar yang ditampilkan bukanlah gambar yang asli atau gambar hasil dari liputan kru TV One sendiri, tidak seperti Metro TV yang meliput sendiri dengan bukti ketika reporter Metro TV melaporkan dengan webcam. Lalu, ketika berita beralih ke Merapi lagi, tetapi tentang masih ditutupnya bandara Adisutjipto karena abu merapi, tempat yang tertulis di bagian judul berita bukanlah “Yogyakarta” tetapi “Jakarta”, dan itu merupakan kesalahan fatal karena bandara Adisutjipto dan berita yang disampaikan berada di Yogyakarta. Selain itu ketika sedang membacakan berita tentang Merapi juga, Aryo W membacakan berita yang ketika itu sedang dinikmati oleh penonton tiba-tiba ia malah berdeham atau biasanya kita dengar dengan suara “ehem” itu mengganggu kenikmatan penonton menikmati berita yang disiarkan. Reporter yang membawakan berita atau laporan Merapi tentang kegiatan atau penutupan sementara bandara Adisutjipto adalah Riga Danniswara. Ia melaporkan berita dengan menggunakan narasumber yang kompeten, yaitu Direktur Angkasa Pura I. Kemudian setelah narasumber tersebut selesai diliput, ia langsung menyimpulkan berita dan informasi yang disampaikan oleh narasumbernya tersebut.
Bila membandingkan antara kedua program televisi tersebut. Yang paling baik dan paling mendekati sempurna adalah Metro TV. Karena, selama melihat program atau tayangan tersebut kesalahan jarang ditemukan dan reporter yang menyampaikan beritanya juga sudah siap untuk menayangkan berita yang telah ia liput tersebut.