• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi “Metro Hari Ini Metro TV” dan “Kabar Petang TV One”


T12/OJ/2010
SITI RIZKIKA ANISA
210110090065

Dalam program Metro hari ini, program dibuka dengan cuplikan pertandingan tenis yang dihadiri oleh narapidana kasus korupsi Gayus Tambunan. Cuplikan-cuplikan tersebut juga diselingi oleh potongan-potongan wawancara. cuplikan tersebut juga diiringi oleh backsound dengan irama duka yang menurut saya sangat tidak cocok dengan tema berita, karena backsound tersebut lebih cocok untuk suasan berita duka atau kematian. Setelah cuplikan selesai, pembaca berita mulai membacakan berita tanpa diawali dengan sapaan kepada pemirsa. Hal ini terkesan sedikit janggal, karena pembaca berita sebelum memulai membacakan berita biasanya menyapa pemirsa terlebih dahulu dengan ucapan “selamat pagi”, “selamat sore”, Dsb.
Ditengah pembacaan berita, sempat terjadi gangguan teknis yaitu suara Zelda Safitri (pembaca berita) terputus-putus. Berita tentang Gayus ditutup dengan komentar masyarakat tentang sosok Gayus. Komentar” tersebut murni, tanpa rekayasa dan tanpa sensor. Setelah komentar masyarakat tersebut, tiba-tiba muncul cuplikan tentang kondisi Merapi dan kesedihan para pengungsi di tempat evakuasi bencana Merapi. Perpindahan berita tersebut berlangsung cepat dan tanpa pemisah sehingga saya sebagai penonton sempat merasa bingung. Cuplikan tersebut juga tidak disertai dengan narasi sehingga orang yang menonton kurang bisa menangkap isi berita. berita tentang merapi disertai dengan laporan reporter merapi dari salah satu desa di kabupaten Sleman, Jawa Tengah. Reporter tersebut menggunakan masker saat memberikan laporan. Ketika melaporkan tentang suasana di desa tersebut intonasi  reporter cenderung tidak teratur dan sering terjadi jeda saat berbicara. Entah karena pengaruh masker yang digunakan, atau karena kurang nya pengalaman atau kondisi reporter itu yang sedang dalam kondisi yang kurang baik. Reporter juga memberitakan tentang bantuan-bantuan yang sudah sampai ke lokasi pengungsian. Kameramen yang tampaknya sengaja mengambil gambar logo media group yang juga merupakan grup Metro TV pada salah satu kemasan bantuan. Hal ini nampaknya mempunyai tujuan kepentingan sebagai ajang promosi citra Media Group.
Setelah berita tentang merapi, berita beralih ke suasana wukuf pada pelaksanaan ibadah haji di Mekkah. Reporter Metro TV dengan menggunakan video call melaporkan langsung dari lokasi. Namun sayangnya, suara terputus-putus dan gambar tidak jelas. Hal in9 mungkin disebabkan oleh sinyal yang kuran bagus.
Dalam program Kabar Petang pada TV One, terdapat 2 pembaca berita, yaitu Shinta Puspitasari dan Aryo W . Namun, dalam gaya penyampaian kedua pembaca berita ini terlihat sangat timpang. Intonasi Aryo W lambat dan terbata-bata berbeda dengan Shinta Puspitasari yang cepat dan tegas. Dalam kabar petang juga masih dibahs seputar Merapi, yaitu ditemukan lagi potongan-potongan tubuh dan tulang belulang para korban Merapi. Namun dalam tayangan ini tidak terdapat sensor sama sekali sehingga tayangan ini sedikit mengganggu dan menyalahi kode etik penyiaran. Dalam pembacaan narasi untuk cuplikan, juga masih banyak terdapat kata-kata yang mubazir seperti dalam kalimat “sangat berbahaya sekali”. Seharusnya kalimat tersebut cukup “sangant berbahaya” atau “berbahaya sekali” saja.
Kesalahan juga terjadi saat reporter sedang memberikan laporan, Shinta, sebagai pembaca berita sering berkata “he’ eh...” dan “hmm..”, seharusnya ketika sedang mendengarkan, hal itu tidak boleh dilakukan karena tidak enak didengar oleh para pemirsa acar tersebut. kesalahan penggunaan bahasa juga masih terjadi ketika Shinta mewawancarai pengacara dari Gayus Tambunan, Shinta bertanya “Apa Gayus ada mengeluh?”. Kalimat tersebut sangat janggal dan tidak jelas. Seharusnya Shinta bertanya “ Apakah ada keluhan dari Gayus?”.