• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku “Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional” Karangan Deddy Iskandar Muda

T11/0J/2010

Ridwan Achmad Darmawan
210110090019 

Secara garis besar, buku Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional karangan Deddy Iskandar Muda, membahas tentang dunia Jurnalistik dalam televisi secara umum dan membahas teknik bagaimana reporter untuk menyiarkan berita dalam televisi. Bagian yang membahas reporter adalah bagian bab 3, 4, 5, dan bab 6, yang lainnya termasuk penjelasan bagaimana garis besar jurnalistik televisi.

Buku ini menarik, bagi pembaca yang memang berminat masuk ke dunia jurnalistik televisi dibandingkan dengan yang lainnya. DIjelaskan teknik-teknik dari membuat naskah berita, meliput, menyiarkan berita, prosesnya, bahkan prosedur pengoperasian yang bisa digunakan dalam praktisnya membuat berita televisi.

“Deddy Iskandar Muda merupakan konsultan individual yang menangani jasa konsultansi bagi pendirian stasiun televisi lokal baru terutama yang manyangkut perizinan dan pelatihan profesi” dikutip dari http://www.tvpubi.com. Penulis dari buku ini sudah sesuai dan memiliki kredebilitas juga kapabilitas dalam menulis buku mengenai dunia jurnalistik televisi, apalagi Deddy Iskandar Muda konsultan televisi lokal yang juga melakukan pelatihan profesi, tepat sekali karena buku yang dibahas merupakan teknik untuk profesi reporter menjadi professional.

Dilihat dari kata pengantar penulis merupakan latar belakang permasalahan dan juga asal mula materi dalam buku ini yang merupakan pengalaman penulis sendiri dalam memasuki dunia jurnalistik televisi. Menurut saya, kata pengantar sebaiknya tidak hanya mencamtumkan pengantar dari penulis itu sendiri, sebaiknya ada orang-orang yang memang benar ahli dalam mengapresiasi buku ini diwujudkan dalam pengantar, agar lebih menjelaskan keunggulan dan kekurangan buku ini.

Dalam bab I buku ini berjudul televise yang terdapat tiga subjudul, yaitu sejarah, program siaran, dan reporter. Tidak hanya dijelaskan sejarah pertelevisian, tetapi dalam buku ini dijelaskan juga dari awal mengenai sejarah dunia jurnalistik dari zamannya acta diurna sampai dengan era pertelevisian. Buku ditulis pada 2005, sehingga dalam buku hanya dijelaskan mengenai surat kabar, radio, dan televisi, sedangkan media online tidak dijelaskan, wajar karena tahun 2005, media online belum eksis dan menjamur seperti sekarang.

Dalam buku ini, dijelaskan bahwa reporter lebih dispesifikasikan untuk radio dan televise, sedangkan untuk media massa disebut dengan wartawan. Hal itu sedikit meragukan kaqrena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Reporter adalah penyusun laporan; wartawan , sedangkan wartawan memiliki arti yang lebih besar, yaitu orang yg pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat dl surat kabar, majalah, radio, dan televisi; juru warta; jurnalis.Bisa dilihat dalam arti wartawan, bahwa wartawan adalah orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat di radio dan televisi, tidak hanya media massa.

Sebelum membahas teknik-teknik menjadi reporter, dijelaskan dulu definisi-definisi umum, seperti pengertian berita. Dalam buku ini, arti berita dijelaskan dari kutipan George Fox Mott yaitu “Berita dapat didefiniskan sebagai fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca.” Dan juga definisi berita menurut Mitchel V. Charnley yaitu “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.”. Terdapat kata kunci dari kedua definisi dalam buku ini, yaitu fakta. Dalam artikel Wawancara (dalam Konteks Jurnalisme) yang ditulis Sahat Sahala Tua Saragih, Fakta menurut Earl English dan Clarence membagi fakta menjadi dua pengertian yaitu yang pertama adalah sesuatu yang sunggguh – sungguh telah terjadi dan yang kedua adalah sesuatu yang sungguh-sungguh benar, kebenaran. Selain itu, reporter atau wartawan atau reporter tidak boleh menambahkan opini sendiri terhadap berita, dalam Bab II, Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik Wartawan

Indonesia menjelaskan bahwa berita tidak boleh dicampuradukkan dengan opini sendiri. Tulisan yang berisi opini pribadi wartawan atau orang lain (bukan wartawan) disebut artikel.

Tidak seperti buku lainnya yang pernah saya baca, buku ini menjelaskan secara detail tentang jenis-jenis nilai berita. Meskipun dijelaskan secara detail, tetapi tidak lebih lengkap dari jenis-jenis nilai berita yang ada dalam artikel Wawancara (dalam konteks Jurnalisme).

Setelah membahas hal-hal umum dalam jurnalistik televisi, buku ini membahas mengenai teknik-teknik dalam membuat berita dari penulisan naskah hingga siap siar.
Dalam membuat naskah berita harus diperhatikan struktur beritanya, dalam buku ini menjelaskan mengenai struktur berita berbentuk piramida, kronologi, dan piramida terbalik. Sama seperti berita dalam media cetak, memiliki struktur piramida terbalik. Dalam buku Bahasa Jurnalistik karya Abdul Chaer, berita langsung dan berita khas memiliki struktur piramida terbalik. Itu juga berlaku bagi jurnalistik televisi, dalam buku ini juga berita televise memiliki jenis yang sama dengan berita pada media massa, yaitu berita berat (hard news) lebih dikenal dengan straight news dan juga berita ringan (soft news) yang dikenal dengan feature news.

Dilihat dari penyajiannya, bahasa yang digunakan ringan menarik dan mudah dimengerti. Buku ini pas bagi pembaca yang ingin masuk kedalam jurnalistik pertelevisian.