• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku “Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional ” karya Deddy Iskandar Muda


T11/OJ/2010
SITI RIZKIKA ANISA
210110090065

Kali ini buku yang saya ingin analisis adalah buku yang berjudul  Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional karya Deddy Iskandar Muda. Buku ini terbagi menjadi 7 bab dan masing-masing bab terbagi lagi menjadi beberapa sub judul. Buku yang berjumlah 223 halaman ini membahas secara lengkap tentang dunia jurnalistik televisi mulai dari sejarah televisi sampai struktur organisasi kerja bagian pemberitaan pada televisi. Secara kesuluruhan, menurut saya buku ini sudah memaparkan secara lengkap mengenai jurnalistik televisi. Materi-materi dalam buku inijuga disajikan dengan cukup menarik dengan disertai tabel dan gambar sehingga pembaca lebih mudah mengeri apa yanng dimaksud penulis. Tetapi untuk lebih jelasnya, mari kita menganalisis semua bab satu persatu-satu.
Pada bab pertama, dijelaskan secara lengkap tentang sejarah televisi dari mlai sejarah romawi kuno, sampai sekarang. dalam bab ini juga dibahas tentang program siaran. Cara penulis memaparkan dengan membandingkan program siaran di luar negeri dan di Indonesia menurut saya sudah cukup baik. Tetapi, penulis masih kurang detail dalam memberikan contoh. Seperti pada halaman 9 disebutkan, “di negara-negara maju sudah tidak lagi menyiarkan acara-acara pedesaan (rural program).” Di situ penulis tidak menjelaskan lebih lanjut apa  itu acara-acara pedesaan. Apakah acara-acara yang hanya membahas  tentang pedesaan, acara yang dibuat oleh orang-orang desa, atau apa? Begitu juga dalam halaman 17, penulis menyebutkan tentang kelompok yang termasuk ke dalam bahasan jurnalistik, yaitu news/berita, news interview, feature, magazine, ulasan, dan siaran langsung. Tetapi penulis tidak menjelaskan lebih lanjut dan memberikan contoh setiap poin tersebut sehingga para pembaca awam tidak bisa membayangkan apa yang dimaksud penulis. Pada penulisan poin-poin tersebut juga sepertinya penulis kurang memperhatikan kaidah penulisan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dalam penulisan kata “News”, “Interview”, “Feature”, “Magazine”, dan “Live Reporting” seharusnya kata-kata tersebut ditulis dalam huruf miring karena menurut buku EYD dan seputar kebahasa-Indonesiaan karya Ernawati Waridah, kata dalam bahasa asing harus dicetak miring.
Kesalahan penulisan EYD juga masih terjadi dalam bab 2, kata “scope” pada hal 23 paragraf pertama seharusnya dicetak miring karena merupakan kata asing. Begitu juga pada halaman 31, kata “proximity” juga seharusnya dicetak miring. Nampaknya penulis masih kurang cermat dalam penulisan kata-kata asing. Bab 2 membahas tentang berita. Dalam bab ini juga penulis membandingkan media cetak dan media elektronik Saya setuju dengan cara penulis yang membandingkan keberadaan media cetak dan elektronik dengan menggunakan tabel karena dengan cara ini pembaca dapat lebih mudah melihat perbedaap diantara keduanya. Pada penjabaran jenis-jenis berita, nampaknya penulis lebih terfokus pada  contoh sehingga lupa menjelaskan apa inti dari permasalahan. Contohnya ketika membahas tentang hard news, penulis kurang menjelaskan secara detail apa itu hard news. Penulis lebih banyak memberikan contoh-contoh hard news. Menurut buku 10 pelajaran untuk wartawan karya Nur Zain Hae, Darpan Ariawinangrum, dicky Lopulalan, Hawe Setiawan, dan Pax Benedanto, hard news (berita keras) adalah liputan isu atau peristiwa pada masa lampau atau yang sedang terjadi. Sebagian besar peliputan “berita keras” bersandar pada kutipan dan detail-detail terpilih dalam bentuk baik kalimat langsung maupun tidak langsung.
Bab 3 membahas tentang penulisan naskah berita. Dalam bab ini juga dibahas tentang pemakaian tanda baca dalam naskah berita televisi. Di situ disebutkan secara umum hanya terdapat tiga hingga empat jenis tanda baca yang dipakai dalam penulisan untuk media televisi yaitu titik, koma, strip atau garis putus-putus. Padahal menurut buku EYD dan seputar kebahasa-Indonesiaan karya Ernawati Waridah, terdapat 15 tanda baca yaitu tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tindah elipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda garis miring, dan tanda penyingkat. Tapi sayangnya, penulis tidak menjelaskan mengapa hanya empat jenis tanda baca saja yang dipakai dalam penulisan naskah berita televisi.
Bab 4 membahas tentang meliput berita hingga siap siar. Dalam bab ini juga dijelaskan tentang format berita. Penulis memaparkan dengan bantuan gambar yang memudahkan para pembaca mengerti maksud si penulis. Penulis juga menjabarkan tentang istilah-istilah yang terdapat dalam penulisan naskah berita televisi. Walaupun di bagian akhir buku terdapat glosarium, tapi daftar istilah ini menurut saya juga penting untuk memudahkan pembaca dalam memahami bab 4 ini.
Bab 5 membahas tentang buletin, format, dan proses penyiaran. Buletin berita ternyata tidak hanya terdapata pada radio saja, tetapi juga pada televisi. Dalam buku ini deinisi buletin berita adalah suatu kemasan untuk sekumpulan paket sajian berita, dengan durasi yang tetap. Hal ini mempunyai kesamaan dalam definisi buletin berita di ruang lingkup  jurnalistik radio seperti yang tercantum dalam buku jurnalistik radio karangan Masduki, buletin berita adalah sekumpulan berita pendek yang disajikan dalam satu paket berita.
Bab 6 membahas tentang prosedur pengoperasian. Pada bab ini dibahas secara lengkap dari mulai persiapan sampai pasca produksi berita. Sebagian materi disajikan dengan poin-poin sehingga ringkas dan mudah dimengerti.
Bab 7 membahas tentang struktur organisasi kerja bagian pemberitaan, dalam bab ini penulis juga menjelaskan secara rinci setiap jabatan pada struktur organisasi kerja bagian pemberitaan lengkap dengan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut saya, hal ini menjadi nilai tambah tersendiri dalam buku ini karena tidak semua buku yang membahas tentang junalistik, entah itu jurnalistik radio, televisi, ataupun cetak membahas tentang struktur organisasi. Pada bagian akhir penulis juga tidak lupa melampirkan pedoman penulisan bagi wartawan Indonesia, Kode Etik Jurnalistik, dan Undang-undang RI No. 40 Tahun 1999 tentang pers yang bisa menjadi referensi pembaca dalam memahami buku ini.