• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku “Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional” Karangan Deddy Iskandar Muda

T11/OJ/2010

Rizky Indra Purnama
210110090013


Jika ditinjau dari judulnya buku ini akan lebih mendalam menjelaskan tentang bagaimana menjadi reporter yang baik di televisi. Tetapi isinya tidak menekankan kepada bagaimana menjadi reporter profesional ini menunjukkan ketidak konsistensian antara judul buku dan juga isi buku. Buku ini juga cukup relevan karena seorang Deddy Iskandar Muda adalah praktisi di bidang jurnalistik televisi. Sama halnya dengan buku Seni Wawancara Radio karya Jim Beaman dan buku Jurnalistik Radio karya Masduki yang dua – duanya praktisi di bidang jurnalistik radio. Latar belakang penulis sebagai praktisi di bidangnya membuat pembaca yakin jika membaca buku tersebut.
Jika dilihat dari perkembangan sejarah televisi yang dijelaskan oleh buku Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional karya Deddy Iskandar Muda bahwa perkembangan jurnalistik televisi sejalan dengan perkembangan jurnalistik radio . Perkembangan jurnalistik televisi sejalan dengan jurnalistik radio karena sebenarnya media ini sama – sama media penyiaran.
Buku ini juga menuliskan apa saja yang menjadi fungsi dari televisi, yaitu : menyampaikan fakta, menyajikan opini dan analisis, melakukan investigasi, hiburan, kontrol, dan analisis kebijakan. Sedangkan menurut buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar karya Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, Dra. Lukiati Komala, M.Si dan Dra. Siti Karlinah, M.Si fungsi komunikasi massa, yaitu: informasi, pendidikan, memengaruhi, meyakinkan, menganugerahkan status, membius, menciptakan rasa kebersatuan, dan privatisasi. Televisi sebagai salah satu media massa seharusnya fungsinya sama dengan yang diutarakan di buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar tetapi terdapat perbedaan yang sangat jelas diantara kedua buku ini. Menurut saya, yang disampaikan oleh buku Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional dan buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar saling melengkapi dan keduanya benar. Yang menjadi beda ialah penulis mengambil dari sudut pandang yang berbeda sehingga menimbulkan perbedaan penjelasan mengenai fungsi tersebut. Terjadi perbedaan lagi tentang fungsi media massa yang dibahas di Bab II buku Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional menurut Harold D. Laswell, yaitu : korelasi antarbagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan, pengawasan lingkungan, warisan sosial dari satu generasi ke generasi lain, pengawasan lingkungan dan hiburan.
Dalam Bab II juga dijelaskan perbedaan mendasar antara media elektronik dan media cetak. Jika media cetak harus dapat dibaca media elektronik tidak harus dapat membaca. Media cetak dapat ditunda sedangkan media elektronik tidak dapat ditunda atau sekilas. Media cetak tidak butuh tempat khusus media elektronik butuh tempat khusus. Media cetak terbatas ruang dan waktu sedangkan media elektronik tidak terbatas atau lebih luas. Media cetak mudah didokumentasikan media elektronik butuh alat bantu untuk merekam. Media cetak distribusi terbatas sedangkan media elektronik distribusi tidal terbatas. Media cetak berbentuk tulisan sedangkan media elektronik berbentuk tulisan, suara dan gambar. Ini membuktikan bahwa media cetak dan media elektronik saling mengisi mempunyai kelebihan dan kekurangan masing – masing. Yang saya ingin kritisi adalah pernyataan bahwa media cetak hanya berbentuk tulisan saja, padahal realitasnya pada media cetak ada gambar yaitu biasa diisi dengan foto narasumber atau kejadian itu sendiri.
Memilih berita materi juga dijelaskan bahwa harus ada pertimbangan nilai berita, yaitu : timeliness (waktu yang tepat) , proximity (kedekatan) , prominence (orang yang terkemuka), consequence (kensekuensi atau akibat), conflict (konflik), development (pembangunan). Sedangkan nilai berita menurut Artikel Wawancara (dalam Konteks Jurnalisme) karya Pak Sahala menjelaskan bahwa nilai berita ada 13, yaitu : penting (significance), kedekatan (proximity), aktualitas (timeliness), ukuran (magnitude), ternama atau tenar (prominence), konflik, seksualitas, emosi atau naluri (human interest), luar biasa atau ganjil atau janggal atau aneh, akibat atau konsekuensi, kemajuan (progess) dan inovasi, mukjizat atau ajaib, dan tragedi. Ada yang menjadi perbedaan antara nilai berita yang dikemukakan oleh buku dengan yang artikel. Saya kira yang di artikel lebih lengkap dan cukup untuk menutupi kekurangan yang ada di buku. Poin pembangunan yang berada di buku pada intinya bisa dikaitkan dengan kemajuan yang berada di artikel.
Pada Bab III diajarkan bagaimana menulis naskah di televisi. Salah satu formula untuk menuju easy listening adalah ABC-SS yaitu singkatan dari Accuracy (tepat), Brevity (singkat), Clarity (jelas), Simplicity (sederhana), Sincerity (jujur). Di buku Terampil Wawancara Panduan untuk Talk Show karya R. Fadli juga dibahas tentang formula. Namun, di buku yang di buat oleh R. Fadli formulanya A+B=C, Accuracy (tepat), Balance (seimbang), Credibility (kredibel). Struktur beritanya pun sama dengan struktur berita yang disuguhkan biasa oleh media cetak yaitu menggunakan segitiga terbalik
Pada Bab IV dijelaskan tentang bagaimana persiapan meliput berita sampai kepada menyunting dan menyusun berita. Menulis naskah berita pun diajarkan pada bab ini. Pada bab – bab selanjutnya pula dijelaskan bagaimana menariknya jurnalistik televisi yang member pengetahuan yang luas.