• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku "Jurnalistik Televisi : Menjadi Reporter Profesional" karya Deddy Iskandar Muda

T11/OJ/2010

Patricia Renya
210110090319

            Buku Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional karya Deddy Iskandar Muda, Menejer Kerjasama Usaha Luar Negeri TVRI Pusat Jakarta yang pengalamannya di dunia pertelevisian tidak perlu ditanyakan lagi, ini sangat menarik untuk dijadikan sebagai salah satu buku referensi tentang bagaimana tahap-tahap menyajikan berita di televisi. Desain sampul buku didesain menggunakan gambar karikatur sehingga terkesan bahwa buku ini tidak terlalu kaku dan menarik perhatian banyak orang untuk membacanya. Dari segi isi, pembahasannya yang disajikan berurutan, mulai dari sejarah perkembangan penyebaran informasi hingga ditemukannya televisi, lalu bagaimana menulis naskah berita untuk tayangan televisi, peliputan berita hingga siap siar, sampai pada struktur organisasi kerja bagian pemberitaan.
            Pada bab 1 yang berjudul “Televisi”, pembahasan mengenai bagaimana sejarah televisi dan program-program televisi di Indonesia. Lalu ada juga pembahasan sekilas mengenai reporter. Hanya saja, menurut saya, yang kurang dari bab awal ini adalah penjelasan lebih rinci mengenai program-program televisi di Indonesia. Penulis buku ini hanya menjadikan TVRI sebagai pembanding utama dan satu-satunya stasiun televisi di Indonesia. Padahal ada banyak stasiun-stasiun televisi lain yang juga bisa dijadikan sebagai pembanding. Lalu pada halaman sembilan, saya menemukan keganjilan pembahasan. Pada paragraf terakhir, ditulis bahwa TVRI sudah tidak lagi menyiarkan iklan (advertising) sejak tahun 1981. Lalu pada paragraf selanjutnya, langsung dipaparkan fungsi pers dan media massa di suatu negara yang demokratis. Saya tidak menemukan adanya korelasi yang sesuai antara kedua paragraf ini.
            Pada bab 2 yang berjudul “Pengertian Berita”, hanya ditemukan dua pengertian tentang berita menurut ahli, yaitu George Fox Mott dan Mitchel V. Charnley. Menurut saya, akan lebih baik apabila penulis menuliskan paling tidak tiga pengertian dari berita agar pembaca bisa lebih banyak mengetahui secara luas apakah sebenarnya berita itu. Satu yang menarik perhatian saya adalah penulis menuliskan perbedaan antara media cetak dan media elektronik. Selain itu nilai plus dari buku ini adalah adanya pembahasan tentang materi berita dan jenis-jenis berita sehingga pembaca bisa mengetahui tentang apa itu hard news, soft news, investigative reports, dan juga kriteria-kriteria apa saja yang harus dimiliki sebuah berita sehingga mempunyai nilai yang layak. Penjelasan yang diberikan sederhana, namun mudah dipahami karena dilengkapi dengan contoh-contoh.
            Pada bab 3 yang berjudul “Menulis Naskah Berita Televisi”, dituliskan formula penulisan berita yang baik, yaitu 5W + 1H seperti halnya pada media cetak. Dan juga tambahan penjelasan tentang formula yang memakai akronim ABC-SS, yaitu singkatan dari Accuracy, Brevity, Clarity, Simplicity, dan Sincerity. Lalu pada pembahasan struktur berita dijelaskan secara rinci dilengkapi dengan contoh-contoh penulisan. Satu hal yang mengganggu adalah contoh-contoh tersebut menggunakan huruf yang kecil dengan latar berwarna gelap sehingga menyulitkan pembaca dan pada akhirnya pembaca menjadi malas untuk membacanya.
            Pada bab 4 yang berjudul “Meliput Berita Hingga Siap Siar”, dijelaskan bagaimana persiapan yang harus dilakukan oleh reporter sebelum menyajikan berita. Semua yang berhubungan dengan teknis-teknisnya dijelaskan secara rinci berikut dengan contoh. Disertakan pula istilah-istilah yang berhubungan dengan penulisan naskah berita televisi berikut penjelasan sederhana. Pada Bab 5 yang berjudul “Buletin, Format dan Proses Penyiaran”, kelanjutan dari Bab 4, yaitu bagaimana berita yang tadi sudah diliput dikemas sesuai dengan formatnya sehingga menjadi suatu buletin berita yang siap siar. Ada beberapa format yang dijelaskan di buku ini, yaitu reader u-lay, non-intro, phone/still, dan reader only.
            Pada bab 6 yang berjudul “Standar Prosedur Pengoperasian”, dijelaskan bagaimana langkah-langkah reporter meliput berita untuk siaran langsung (artinya dia melaporkan kejadian pada saat itu juga, saat kejadian berlangsung) maupun siaran tidak langsung (artinya berita yang diliput untuk disiarkan dalam waktu yang berbeda). Tidak hanya reporter saja yang dibahas, namun juga penyiar berita yang bekerja di studio. Sedangkan pada bab terakhir, bab 7 yang berjudul “Struktur Organisasi Kerja Bagian Pemberitaan”, dijelaskan bagaimana cara mengatur pembentukan struktur organisasi di stasiun televisi. Masing-masing jabatan ini mempunyai tugasnya masing-masing yang saling berhubungan satu sama lain.
            Secara keseluruhan, buku ini mempunyai banyak nilai plus untuk dibaca. Buku ini mempunyai banyak penjelasan yang ringan dan mudah mengerti karena dilengkapi dengan contoh-contoh. Pembahasan juga disajikan rapi, sistematis, dan tidak bertele-tele. Meskipun ada beberapa sub bab yang menurut saya terlalu banyak muncul di setiap bab, yaitu sub bab mengenai reporter. Ada pula glosarium yang memuat arti-arti dari istilah asing yang terdapat dalam buku ini sehingga memudahkan pembaca untuk mengetahui arti tanpa harus repot-repot membuka halaman yang terdapat istilah asing tersebut. Selain itu, ada lampiran pedoman penulisan bagi wartawan Indonesia. Hanya saja nilai kurang dari buku ini adalah banyak kata-kata yang tidak sesuai dengan EYD, dalam artian masih banyak kata-kata asing yang tidak dicetak miring. Lalu lampiran gambar saya rasa sangat kurang karena jika kita berbicara tentang televisi, maka seharusnya ada banyak tampilan gambar yang mendukung. Tentunya, buku ini merupakan buku rekomendasi yang bagus untuk kaum awam yang ingin belajar dan mengetahui seluk-beluk dunia jurnalistik televisi, sesuai dengan judul yang dipakai.