• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Program Berita "Metro Hari Ini" dan "Kabar Petang"

T12/OJ/2010
Abdussalam Quarta Buana
210110090171

Acara Metro Hari Ini yang ditayangkan oleh Metro TV pada hari Senin, 15 November 2010, membahas topik utama tentang kasus Gayus Tambunan yang keluar dari Rumah Tahanan (Rutan) Brimob Kelapa Dua dan tertangkap kamera di Bali ketika menonton pertandingan tennis. Selain itu, Metro Hari Ini juga membahas tentang Wukuf yang dilakukan oleh jemaah haji di Arafah, dan sedikit tentang bencana Merapi.

Acara Metro Hari Ini dimulai dengan pembacaan headline news yang dibacakan oleh Zelda Savitri, anchor Metro TV pada acara Metro Hari Ini. Intonasi pembacaan berita oleh Zelda baik. Selain itu, pelafalan kata yang diucapkan juga jelas. Untuk bahasa tubuh atau bahasa non-verbal, tidak ada gerakan yang mengganggu. Ekspresi muka Zelda saat membacakan berita mengenai kasus Gayus Tambunan menunjukkan keseriusan, tapi ketika membacakan berita mengenai jemaah haji, ia sedikit tersenyum. Namun, ekspresi muka Zelda kurang mengena. Ia tidak terlalu menunjukkan ekspresinya.

Selanjutnya, acara Metro Hari Ini menayangkan cuplikan gambar-gambar kasus Gayus, yang menjadi pembuka bagi berita mengenai kasus Gayus tersebut. Menurut saya, efek yang digunakan dalam cuplikan tersebut terlalu berlebihan. Efek tersebut membuat cuplikan menjadi tidak jelas.

Dalam pemberitaan mengenai Gayus, terdapat vox pops, atau wawancara dengan masyarakat untuk menanyakan pendapat mengenai suatu kasus atau peristiwa. Dengan adanya vox pop ini, pemberitaan menjadi lebih menarik karena menunjukkan pendapat masyarakat. Namun, tidak ada seorangpun yang membela Gayus. Terdapat dua kemungkinan, pertama, mungkin semua orang berpikir sama, yaitu berpendapat bahwa Gayus memang salah, kedua, Metro TV tidak menayangkan pendapat orang-orang yang membela Gayus. Jika yang terjadi adalah kemungkinan pertama, maka tidak ada masalah. Namun, jika yang terjadi adalah kemungkinan kedua, maka Metro TV tidak adil dalam pemberitaannya, dan ini melanggar Kode Etik Jurnalistik pasal 5, yang menyebutkan, “Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dari kecepatan serta tidak mencampuradukan, fakta dan opini sendiri. Karya Jurnalistik berisi interpretasi dan opini wartawan, agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya”, dan juga pasal 7, “Wartawan Indonesia dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran hukum atau proses peradilan harus menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang”. Wartawan Indonesia harus adil dalam menyajikan berita. Jika ada dua pihak yang berbeda pendapat, maka kedua pihak tersebut harus diberitakan untuk menjaga keseimbangan berita.

Kemudian, Metro Hari Ini menampilkan cuplikan gambar mengenai bencana Merapi. Pada pemberitaan mengenai penemuan tulang belulang oleh tim relawan, ekspresi yang ditunjukan oleh Zelda terlalu datar. Ia kurang menunjukkan ekspresi simpatik saat membacakan berita tersebut. Lalu, berlanjut kepada reportase langsung dari reporter Metro TV. Pada reportase langsung ini, tulisan ”Live” pada pojok kiri menghilang ketika gambar yang ditayangkan merupakan cuplikan yang menggambarkan kondisi kejadian, yang sudah diambil sebelumnya. Hal ini, menunjukkan bahwa cuplikan tersebut tidak diambil secara langsung. Selain itu, penyuntingan terasa kurang rapi. Ketika reporter masih berbicara, narasi tentang pemberitaan sudah masuk, walaupun kemudian dihentikan dan dilanjutkan saat reporter sudah selesai berbicara.

Metro Hari Ini kemudian menayangkan pemberitaan mengenai jemaah haji di Arafah. Terdapat laporan langsung dari reporter Metro TV di Arab Saudi. Namun, kualitas gambar yang ditampilkan kurang baik. Selain itu, terdapat kesalahan pengambilan gambar, yaitu, juru kamera sempat menggerakan kamera mengarah ke atas sehingga hanya menyisakan kepala reporter pada layar, lalu diarahkan kembali ke bawah seperti sebelumnya. Walapun begitu, suara dari reporter tersebut cukup jelas.

Pada pemberitaan mengenai Idul Adha, reporter dan juru kamera Metro TV kurang selaras. Juru kamera memindahkan arah kamera ketika reporter masih berbicara. Perpindahan tersebut terlihat kurang baik. Selain itu, reporter sempat mengatakan “bisa dilihat di belakang saya”, tapi gambar yang ditayangkan adalah cuplikan gambar mengenai Idul Adha. Entah hal ini merupakan kesalahan reporter dan juru kamera, atau kesalahan di studio pusat.

Pada acara Kabar Petang yang ditayangkan oleh TV One, terdapat dua anchor, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Anchor laki-laki terlalu lambat dalam membacakan berita. Ketika laporan langsung dari bandara Adi Sutjipto mengenai penutupan sementara bandara tersebut, laporan langsung dipotong oleh anchor karena harus menayangkan adzan maghrib.

Ketika laporan langsung tersebut menayangkan cuplikan gambar yang diambil sebelumnya, terlihat dari situasi yang masih cerah, tulisan “Live” tidak dihilangkan. Memang dengan melihat situasi pada cuplikan tersebut penonton dapat menyimpulkan bahwa cuplikan tersebut diambil sebelumnya. Namun, seharusnya tulisan “Live” dihilangkan sementara untuk menunjukkan bahwa gambar yang diambil tidak langsung.

Reporter TV One melakukan wawancara langsung. Dengan wawancara ini, penonton mendapatkan informasi langsung dari sumbernya. Namun, saat wawancara dilakukan, layar dibagi dua, satu menayangkan wawancara yang berlangsung, dan yang lain menayangkan cuplikan gambar-gambar dari bandara Adi Sutjipto yang ditutup sementara. Hal ini sedikit mengganggu penonton, karena fokus penonton menjadi terbagi dua, terlebih cuplikan tersebut diulang-ulang.