• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku "Jurnalistik Televisi : Menjadi Reporter Profesional" karya Deddy Iskandar Muda


T11/OJ/2010
Cut Cinta Rimandya
210110090169


Buku Jurnalistik Televisi ini cukup mewakilkan isi dari buku, terdapat tujuh bab. Bab pertama dimulai dengan sejarah Televisi, dijelaskan secara singkat sejarah perkembangan mengenai Televisi, hanya saja tidak dijelaskan asal kata Televisi sendiri, berasal dari bahasa apa, dan artinya apa. Adapula penulisan kata tv pada halaman kelima, seharusnya menggunakan huruf kapital, dan penulisan istilah bahasa asing seharusnya bercetak miring. Pada bab 1, halaman 6, dijelaskan produk teknologi pertelevisian di duniasalah satunya adalah sistem imax. Dijelaskan disitu sistem imax memberkan kesan seluruh penontonnya seolah-olah terlibat dalam cerita, film dengan layar 70mm memiliki ratio 20,5 : 30,5. Bagi pembaca awam akan mengalami kebingungan apakah arti dari ratio 20,5 : 30,5.  Penulisan Uni Sovyet seharusnya Uni Soviet, penggunaan kata tidak baku seperti ‘separo-separo’ masih terdapat pada halaman 15 buku ini. Dalam media elektronik televisi sama hal nya dengan prinsip media cetak, tujuan utama penyajian berita adalah menginformasikan peristiwa penting sebagai upaya untuk memberikan daya tarik agar orang mau membaca, mendengar atau menonton sajian berita tersebut. Dalam media elektronik juga wartawan tidak boleh memasukan opini pribadi kedalam berita, dan harus melakukan check re-check, segala informasi dari sumber berita harus dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Ada beberapa perbedaan yang tampak pada keberadaan anatara media elektronik dan cetak. Dalam media cetak, para khalayak dituntut harus dapat membaca, sedangkan dalam media elektronik tidak harus dapat membaca. Tanda baca yang dilakukan dalam penulisan berita secara umum hanya terdapat tiga hingga empat jenis tanda baca yang digunakan dalam penulisan, titik (.), koma (,), strip atau garis putus (-) serta kadang-kadang tanda tanya (?). Titik (.) digunakan sebagai tanda untuk berakhirnya sebuah kalimat atau kadang menambahkan dua garis (//) miring sperti pada penulisan naskah radio. Tetapi tidak sama hal nya dengan koma, yang pada naskah radio menggunakan satu garis (/) untuk menggantikan koma. Dalam halaman 82 dijelaskan wawancara berita. Dalam buku ini dijelaskan wawancara merupakan salah satu dialog untuk menggali data yang kemudian diolah sebagai bagian dalam penyusunan berita. Dalam artian luas, wawancara tidak hanya sekedar dialog, dan memberikan pertanyaan kepada narasumber dan dijawab oleh narasumber. Wawancara dalam artian luas selain tanya jawab juga memberikan pernyataan dan sebagai ajang untuk perdebatan. Selain itu berdasarkan kelompoknya wawancara dapat dibagi dalam tiga hal yaitu hard interview, soft interview dan news interview. Dalam media terdapat enam jenis interview, yaitu live interview, interview appointment, press conferences, press briefing, on the spot interview, telephone interview, dan vox pops. Dalam media massa radio, memiliki jenis wawancara yang berbeda, wawancara dalam radio terdiri dari wawancara aktualitas, wawancara informasi, wawancara program, wawancara opini, wawancara tokoh, dan lain sebagainnya dilihat dari berbagai segi dan gaya. Dalam bab 4, halaman 99, Meliput Berita Hingga Siap Siar, dijelaskan beberapa persiapan meliput berita  Persiapan meliput berita pada buku ini hanya dijelaskan seperti, meyakinkan semua peralatan yang diperlukan sudah siap dan bisa dioperasikan dengan baik, peralatan harus dites sebelum berangkat menuju ke lokasi liputan. Tidak dijelaskan sedikitnya persiapan teknis seperti bagaimana menyiapkan kamera yang baik dan sebagainya. Pada halaman 165 bab 6, akan ditemukan lagi sub bab mengenai reporter, sama hal nya yang ditemukan di halaman 13, pada halaman 13 dijelaskan secara garis besar bahwa reporter adalah sebutan bagi salah satu profesi yang digunakan dalam bisnis media massa, dan menjelaskan mengenai perbedaan mengenai koresponden dan reporter. Juga pekerjaan seorang reporter televisi di Indonesia swdikit berbeda dengan pekerjaan serupa di Amerika. Di televisi Indonesia seorang reporter televisi sebagai wartawan aktif bertugas mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, lalu menyusunnya ke dalam format penuisan berita kemudian disiarkan. Seorang reporter tidak bekerja seorang diri mereka disertai seorang juru kamera. Reporter juga dispesialisasikan, misalnya reporter politik, ekonomi, kesehatan atau milier sehingga berita yang ia liput akan jauh lebih variatif dan berbobot dibandingkan hasil liputin reporter yang generalis. Sedangkan pada sub bab reporter di halaman 167, dijelaskan lagi bahwa pekerjaan seorang reporter  televisi di Indonesia memiliki sedikit perbedaan dibandingkan dengan pekerjaan serupa di Amerika. Di televisi sebagai wartawan aktif bertugas mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, lalu menyusunnya ke dalam format penulisan berita kemudia disiarkan. Pada halaman 189 dijelaskan lagi sub bab reporter yang dijelaskan disini seorang wartawan aktif yang bertugas mengumpulkan berita-berita dari berbagai sumber, menyusun masing-masing laporan dan kadang-kadang menulisnya kemudian melaporkannya melalui stasiun teevisi yang bersangkutan. Juga penugasan reporter sangat bervariasi dan semuanya menyangkut hal yang amat penting, mulai dari makan siangnya para pejabat, kebakaran hingga laporan penyelidikan dalam tentang korupsi di lingkungan pemerintahan atau pengaruh kebijaksanaan ekonomi bagi masyarakat luas.