• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku "Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional" karya Deddy Iskandar Muda

T11/OJ/2010

Muhammad Fajar Fadhillah Yasid
210110090160

Dalam kesempatan ini saya akan membahas tetntang buku “Jurnalistik Televisi” yang ditulis oleh Deddy Iskandar Muda. Saya setuju bila dikatakan bahwa Televisi sekarang adalah media yang paling banyak dipilih oleh masyarakat, maka dari itu penting  bila kita belajar tentang jurnalistik televisi, dan di sini Deddy Iskandar menyajikannya dengan lengkap dalambuku yang terbit tahun 2003 ini. Memang dibandingkan radio dan surat kabar, televisi relatif lebih mahal baik itu barangnya dan penggunaannya,  karena penggunaannya menggunakan listrik dengan daya yang cukup besar. Namun mengapa masyarakat tetap suka dengan televisi? Tentu karena informasi yang disajikkan berbentuk audio-visual.
Alangkah pentingnya peran reporter dalam suatu media televisi, karena dalam penyajian  suatu informasi, reporter lah yang secara langsung menyampaikan informasi. Di buku ini dijelaskan cukup banyak tentang bagaimana menjadi seorang reporter yang handal, baik secara teknis maupun materi. Dan saya baru tahu ternyata di Amerika ada yang menggunakan system one man reporter, yaitu reporter yang merangkap menjadi cameramen. Dalam bertugas, seorang reporter tidak hanya karena perintah dari atasan, namun diperlukan juga sifat inisiatif dari seorang reporter, namun inisiatif di sini bukanlah inisiatif yang pada ujungnya menjadi sebuah kesalahan.
Di BAB selanjutnya, buku ini membahas tentang berita, di sini ada banyak pengertian berita dari beberapa ahli. Dan di buku ini benar adanya kalau seorang wartawan tidak boleh masuk (beropini) dalam sebuah berita. Dan saya kurang setuju dengan pernyataan menariknya sebuah berita bisa dinilai dari berbobotnya sebuah peristiwa yang terjadi, karena bisa saja sebuah peristiwa yang biasa saja diolah menjadi berita yang menarik. 
Di buku ini pun dijelaskan  tentang berita di dunia elektronik dan perbedaanya dengan berita media cetak. Dan yang paling mendasari perbedaanya adalah, kembali lagi kepada sifat televisi yang bersifat audio visual, jadi memudahkan pemirsanya mendapatkan informasi, namun tidak bisa dibaca kembali seperti surat kabar. Di dalam buku ini pun dijelaskan tentang materi-materi berita, tidak hanya disebutkan, materi-materi itu pun dijelaskan satu per satu. Dan pembagian jenis berita di sini cukup simple karena berita dibagi menjadi 3 jenos, yaitu hard news,, berita tentang peristiwa penting bagi setiap individu atau organisasi, kemudaian soft news, yaitu berita yang ringan dan tidak terikat dengan aktualitas namun memilki daya tarik untuk pemirsanya. Lalu investigative reports, ini merupakan laporan eksklusif hasil penyelidikkan.
Di sini pun ada hal yang bagus untuk dipelajari, yaitu format penulisan berita, dalam menulis berita, kita harus memperhatikan beberapa nilai penting yaitu akurasi (ketepatan berita), brevity (singkat), clarity (kejelasan), simplycity (kesederhanaan), sincerity (kejujuran), dan semuanya diberikan contoh jadi pembaca sudah mendapatkan gambaran dari contoh-contoh yang ada. Di buku ini dikatakan bahwa sekarang struktur penulisan berita seharusnya ditulis dengan system piramida, dimana pembukaan sedikit, uraian banyak, dan kesimpulan yang paling banyak.
Di buku ini pun sama dengan buku lain yang menjelaskan dalam menulis berita, secara unsur kepentingan, berita harus disusun bagai piramida terbalik. Yaitu, dibahas yang pertama dan terbanyak ialah “dimana, apa, dan siapa” dalam selanjutnya baru kita menulis unsur why dan penyusunan why-nya juga berdasarkan unsur kepentingan. Dan di dalam pembahasan hal ini pun penulis member kita contoh yang memudahkan kita membayangkan jika harus menulis berita, pemberian contoh banyak dilakukan penulis buku praktis seperti ini, karena dalam hakikatnya, seorang dapat paham bila bisa membayangkan kejadiannya.
Tidak hanya teknis penulisan berita, di sini juga dijelaskan banyak tentang penulisan berita yang benar menurut EYD. Hal ini mungkin banyak dilupakan saat kita sedang belajar teknis penulisan berita, namun penulis mengingatkan kita bahwa dasar penulisan sebelum ke isi tulisan yaitu EYD yang benar. Di buku ini pun dijelaskan secara panang  lebar tentang bagaimana kita memilih narasumber, menyikapi seorang narasumber dan saat pelaksanaan wawancara.dan di buku ini dijelasakan bagaimana kita harus menghajukkan pertanyaan, di sini disebutkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dihindari, yaitu pertanyaan yang faktanya masih akan mendapatkan persepsi ganda atau ragu-ragu.
Pada halaman 91 di buku ini ditemukan satu kesalahan pengetikkan yaitu kata “pejabat” ditulis “pejabar”, menurut saya ini fatal karena tulisan berada di teks foto, dimana tidak mungkin terlewat  oleh pembaca walaupun pembaca hanya melihat-lihat gambar saja dalam membaca buku ini. Dalam buku ini dikatakan bahwa sebagai pewawancara, kita tidak dianjurkan untuk berargumentasi.
Secara keseluruhan, buku ini sangat baik untuk dibca oleh seseorang yang ingin memperdalam dunia jurnalistik di dunia televisi, baik teori maupun prakteknya. Jadi buku ini sangat dianjurkan untuk Anda-anda yang ingin belajar dunia jurnalistik dunia televisi dengan referensi buku-buku local.