• All
  • Category 1
  • Category 2
gravatar

Apresiasi Buku "Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional" karya Deddy Iskandar Muda



T11/OJ/2010
Yohanna Reisya
210110090139
 
Buku  Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional  karya Deddy Iskandar Muda adalah buku yang bagus, dapat menambah pengetahuan pembacanya, dan sangat membantu kita sebagai mahasiswa Jurnalistik dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan jurnalistik televisi serta cara-cara menjadi repoter profesional. Bahasa yang digunakan dalam menyampaikan materi juga tidak sulit untuk dimengerti dan hal ini sangat memudahkan bagi pembaca.
Pada Bab 1, kita dijelaskan mengenai televisi dari mulai sejarahnya yang merupakan perkembangan medium dari radio, kemungkinan bahwa kehadiran televisi dapat menggeser media cetak dan radio, sampai penjelasan sepuluh produk teknologi pertelevisian. Kemudian, di subbab kedua kita juga dijelaskan mengenai program siaran televisi yang merangkap penjelasan tentang fungsi pers dan sistem pers. Di subbab terakhir, dijelaskan tentang apa itu reporter, hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh seorang reporter, sampai dengan kelompok yang termasuk di dalam bahasan jurnalistik siaran.
Bab 2, Pengertian Berita, menerangkan tentang arti berita dan hal-hal lain yang berkaitan dengan berita. Di sana tuliskan definisi berita menurut beberapa sumber. Definisi yang tercantum kurang lebih sama artinya dengan definisi berita Curtis Beckmann, Post President RTNDA yang kemudian dikutip oleh Masduki (Jurnalistik Radio, Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar), yaitu berita diartikan sebagai laporan atas opini atau peristiwa yang penting bagi sejumlah besar khalayak. Berita yang besar adalah liputan opini atau peristiwa, yang sangat dibutuhkan pula bagi orang. Kemudian, pada subbab Berita Media Elektronik diterangkan mengenai perbedaan berita pada media cetak dengan berita pada media elektronik serta kelebihan bidang pertelevisian dimana informasi yang diperoleh melalui siaran televisi dapat mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama. Di subbab ini juga terdapat tabel perbedaan media cetak dan media elektronik yang sangat mempermudah pembaca untuk melihat perbedaan tersebut. Subbab kedua, Memilih Materi Berita, menjelaskan mengenai nilai-nilai yang terkandung di dalam berita. Terdapat 10 aspek yang menentukan nilai berita yaitu timeliness, proximity,prominence, consequence, conflict, development, disaster and crimes, weather, sport, dan  human interest. Menurut modul Wawancara, dalam Konteks Jurnalisme oleh S. Sahala Tua Saragih, nilai berita meliputi significance, proximity, timeliness, magnitude, prominance, konflik, seksualitas, human interest, luar biasa, akibat atau konsekuensi, kemajuan dan inovasi, mukjizat, serta tragedi. Ada beberapa perbedaan yang dapat kita temukan pada nilai berita menurut Deddy Iskandar Muda dalam bukunya  Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional  dengan nilai berita menurut S. Sahala Tua Saragih dalam modul Wawancara, dalam Konteks Jurnalisme. Namun, saya rasa perbedaan tersebut bisa saling melengkapi satu sama lain sehingga nilai berita pun bisa lebih kaya lagi aspek-aspeknya penentunya. Terakhir, di subbab ketiga dijelaskan tentang jenis berita yang terdiri dari hard news, soft news, dan investigative reports.
Pada Bab 3, Menulis Naskah Berita Televisi, diterangkan tentang  formula penulisan berita yang meliputi accuracy, brevity, clarity, simplicity, dan sincerity. Lalu dibahas juga tentang struktur berita yang menyerupai piramida terbalik. Saya setuju dengan penjelasan tentang penyampaian berita seperti piramida terbalik yang dimaksudkan agar isi berita yang paling penting dapat ditempatkan pada baris kalimat pembuka, karena sesuai dengan yang disampaikan oleh A. S. Haris Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia yaitu, piramida terbalik berarti pesan berita disusun secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada awal berita. Kemudian dijelaskan pula mengenai tanda baca, angka, dan singkatan serta keselarasan/sinkronisasi dalam penulisan naskah berita di televisi. Setelah itu dijelaskan mengenai sumber berita yang dicantumkan pula beberapa sumber yang dapat dijadikan informasi, serta hal-hal yang harus kita ikuti untuk memperoleh informasi, yaitu press release, hubungan telepon rutin, observasi reporter, informasi dari lokasi, follow up, serta wawancara berita yang dijelaskan paling panjang daripada yang lainnya. Pada penjelasan tentang wawancara berita, disebutkan jenis interview adalah live interview, interview by appointment, press confrences/press briefing, on-the-spot interview, telephone interview, dan vox pops. Jenis interview pada buku Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional  karya Deddy Iskandar Muda ini sedikit berbeda dengan jenis interview pada buku Teknik Wartawan Menulis Berita di Surat Kabar dan Majalah karya Drs. Widodo. Drs. Widodo menjabarkan lima macam interview, yaitu interview eksklusif, interview sambil lalu, interview keliling, interview simposium, dan konferensi pers. Hal ini mungkin berkaitan dengan interview yang dibahas pada masing-masing buku tersebut. Jika pada buku Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional  karya Deddy Iskandar Muda yang dibahas adalah interview pada siaran televisi, yang dibahas pada buku Teknik Wartawan Menulis Berita di Surat Kabar dan Majalah karya Drs. Widodo adalah interview pada media cetak.
Bab 4 mengulas tentang proses dari peliputan berita hingga nantinya disiarkan. Di sini kita diberitahu persiapan apa yang harus dilakukan sebelum meliput berita, cara menggambarkan peristiwa dalam berita, cara menulis  lead berita yang baik dan menarik, menyunting kemudian menyusun berita, sampai menulis naskah berita. Dalam bab ini kita disuguhkan dengan contoh-contoh naskah lead berita, contoh shot list, juga istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan naskah berita. Hal-hal ini sangat membantu kita sebagai pembaca agar lebih memahami materi yang disampaikan dalam buku ini.
Jika pada Bab 4 dibahas mengenai proses peliputan berita hingga siap disiarkan, Bab 5 membahas mengenai proses penyiaran beria di televisi. Subbab pertama adalah buletin berita yang isinya menjelaskan kita tentang apa itu buletin berita dan bagaimana menyusun urutan prioritas dalam menyampaikan berita. Pada subbab kedua dijelaskan mengenai lima format dalam menyajikan berita. Lalu di subbab ketiga dijelaskan tentang hal-hal seputar penyiar berita. Di subbab kelima kita dijelaskan tentang bentuk penyajian berita yang menyertakan penjelasan tentang dubbing dan tune berita. Kemudian di akhir bab juga dijelaskan mengenai tanggung jawab saat penyiaran berita dan keterlibatan crew studio.
Dalam Bab 6, Standar Prosedur Pengoperasian, kita akan diberi semacam kiat-kiat dalam melaksanakan siaran berita baik itu siaran tunda maupun siaran langsung dari mulai tahap persiapan hingga pasca-produksi. Kita juga akan dijelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh penyiar berita dari mulai persiapan hingga saat di studio. Kiat-kiat yang disampaikan dalam bab ini sangat membantu pembaca  yang sedang belajar membuat siaran berita ataupun yang menjadi penyiar berita.
Pada terakhir, yaitu bab 7 kita akan dijelaskan tentang struktur organiasi kerja bagian pemberitaan, mulai dari direktur pemberitaan samapi dengan koresponden spesialis. Kita akan diberitahu tugas apa saja yang harus dipikul oleh setiap jabatannya serta hal-hal lain yang menyangkut kerja jabatan tersebut. Pembahasan dalam bab ini juga sanagt bermanfaat bagi orang-orang yang masih belajar tentang jurnalistik pertelevisian supaya mengerti tentang tugas-tugas orang yang bekerja di balik layar.
Banyak keunggulan yang terdapat pada buku  Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional  karya Deddy Iskandar Muda ini. Beberapa diantaranya adalah disertakannya foto atau gambar yang selain membantu memahami materi, juga dapat membantu pembaca aga tidak terlalu bosan dengan hanya membaca tulisan. Selain itu, buku ini juga memberikan contoh-contoh berita pada kotak-kotak gelap sesuai dengan materi yang sedang di ulas. Di akhir buku ini juga terdapat glosarium serta terdapat lampiran berupa pedoman penulisan bagi wartawan, kode etik jurnalistik, dan Undang-Undang RI No. 40 tahun 1999 tentang pers. Hal-hal ini sangat membantu kita sebagai pembaca yang sedang belajar tentang jurnalistik televisi. Sedangkan kekurangan yang terdapat dalam buku ini yang dapat dilihat dengan gamblang adalah banyak terdapat kesalahan penulisan bahasa asing yang tidak dimiringkan penulisannya.